Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM: Ini 4 Masalah Utama yang Picu Anak Muda Banyak Bunuh Diri

Kompas.com - 30/10/2023, 15:51 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Banyak anak muda yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri belakangan ini.

Alasannya cukup beragam, bisa menghadapi jalan buntu, kegagalan yang sudah tidak mungkin ditemukan jalan keluarnya, hingga kepercayaan diri yang menghilang.

Baca juga: Korban Bullying, Siswa SDN di Bekasi Ini Harus Diamputasi Kakinya

Menurut Dosen Psikologi UMM Hudaniah, permasalahan yang membuat seseorang memilih untuk bunuh diri itu sangat beragam dan tidak bisa ditebak.

Sejauh ini, kata dia, tidak ada psikolog yang membocorkan permasalahan yang diceritakan kliennya. Namun menurut penelitian, ada empat hal yang menjadi permasalahan utama seseorang menyebabkan bunuh diri.

Keempatnya itu mencakup permasalahan interpersonal, intrapersonal, keluarga, dan pendidikan. Permasalahan intrapersonal menjadi kasus yang paling banyak dialami oleh remaja.

Menurut penelitian, sekitar 30 persen remaja mengalami permasalahan jenis ini. Intrapersonal berhubungan dengan jati dirinya sendiri, apa yang dipikirkan, nilai evaluasi diri, harga diri, dan bagaimana dia mengatasi konflik di dirinya.

"Sementara interpersonal berhubungan dengan penerimaan informasi antar dua orang atau lebih seperti hubungan pertemanan, keluarga, dan lain-lain," kata dia dikutip dari laman UMM, Senin (30/10/2023).

Dia menyebut, media sosial menjadi salah satu hal yang dapat memperkeruh keadaan. Jika merujuk pada penelitian yang disebutkan oleh dosen psikologi itu, penggunaan media sosial memiliki dampak bagi kesehatan mental.

"Seringnya, saat kita terpuruk, kita cenderung akan mencari informasi yang relevan dengan kondisi kita saat itu. Artinya saat sedang bersedih, kita mencari informasi yang sesuai dengan kesedihan atau biasa kita sebut dengan kegalauan," jelas dia.

Tak hanya itu, trauma masa lalu dan ketakutan akan masa depan juga dapat menjadi cikal bakal menyerahnya seseorang.

Hudan menegaskan, masa lalu tidak akan bisa diulangi kembali.

Maka, manusia harus bisa memahaminya dan mencari cara untuk memperbaikinya di masa depan dengan evaluasi diri, melakukan pendekatan, dan berusaha agar hal tersbut tidak terulang kembali.

Orang yang sedang dalam masalah tentunya membutuhkan kepekaan orang di sekitarnya. Kemudian, dibutuhkan sensivitas tinggi dari orang-orang terdekatnya untuk mengetahui apa yang sedang dialaminya.

"Karena bisa jadi, orang yang terlihat bahagia di depan itu tengah mengalami masalah besar," tutur Hudan.

Baca juga: Redam dan Cegah Bullying di Sekolah, Guru Harus Jalani 5 Cara Ini

Hudan mengatakan, mereka yang mengalami masalah biasanya ada perubahan dari sikapnya. Bisa dilihat dari cara berpakaian, produktivitas, atau yang lainnya.

Untuk itu, sebagai orang terdekat, salah satu pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang membutuhkan.

Begitu juga dengan memberikan dukungan, baik moral maupun materiil ke mereka.

Baca juga: Bila Bullying Terus Ada, Dosen UMM: Pendidikan Kita Terancam Mundur

"Merasa capek itu boleh, tapi jangan berhenti di capeknya. Harus bisa menjadi lebih kuat. Memberi kekuatan bagi mereka yang akan menyerah. Perlu ada peningkatan kepekaan sosial. Jika kita saling menguatkan, Insyaallah kita bisa saling bantu mengatasi masalah," tutup Hudan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com