Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dhani Dokter Gigi Disabilitas Lulusan Unpad, Lolos Beasiswa LPDP

Kompas.com - 20/10/2023, 14:44 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mochamad Nur Ramadhani tak kenal menyerah menjadi dokter gigi. Meski dirinya adalah penyandang disabilitas fisik, yang sehari-harinya hanya menggunakan satu kaki palsu atau prostesis.

Tidak banyak dokter yang memiliki keterbatasan fisik. Tetapi Dhani, sapaan akrabnya, menunjukkan keterbatasan fisiknya tak menganggunya selama bekerja.

Dhani sendiri sudah berkeluarga dan memiliki satu anak. Ia adalah lulusan S1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) dan meraih gelar master dari Humboldt Universitaet Zu Berlin.

Inilah cerita perjalanan seorang dokter difabel yang mendapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Baca juga: Kisah Nyoman, Lulusan Cumlaude ITB yang Lolos Beasiswa LPDP ke MIT

Mengalami amputasi kaki karena kanker

Dhani sejak kecil mengikuti ayahnya yang bekerja di Jerman. Selama di Jerman, ia suka sekali bermain sepak bola.

Namun saat kembali ke Indonesia selepas masa tugas ayahnya selesai, ia divonis menderita kanker tulang. Tepat satu tahun setelah ia tiba di Indonesia.

Dhani tak mengetahui pasti penyebab dan kenapa bisa berada di tubuhnya. Ia hanya bisa menduga karena seringnya aktivitas fisik dan benturan, iklim yang berbeda, atau mutasi gen disinyalir menjadi pemicu serangan kanker tulang di kakinya.

Satu-satunya jalan agar kanker tak terus menjalar ke bagian tubuh yang lain adalah dengan mengamputasi kaki. Tentu ini bukan kabar baik.

Butuh waktu sekitar enam bulan buat Dhani memahami semua yang terjadi. Keluarganya sangat berat untuk mengambil keputusan. Namun tak ada pilihan lain untuk kesehatan Dhani selain amputasi.

“Karena kalau misalkan diamputasi, mungkin aktivitas akan terbatas. Tapi saya yakin menyelamatkan satu nyawa ya, ini (kaki) nanti akan bisa digantikan dibandingkan kita harus mempertahankan satu kaki dan belum tentu terselamatkan juga sehingga memutuskan untuk diamputasi,” tuturnya, dilansir dari laman LPDP, Jumat (20/10/2023).

Akhirnya pada 2008, Dhani harus berpisah dengan kaki kanannya. Mulai paha bagian atas hingga ujung kaki harus dikorbankan untuk menghentikan ganasnya sel jahat itu. Kemoterapi dilakukan setelahnya untuk memastikan sel kanker benar-benar hilang dari tubuh Dhani.

Tetap berusaha menjadi dokter

Kondisi tubuh Dhani pasca amputasi masih sangat lemah karena efek serangan kanker sebelumnya. Fisiknya ringkih, untuk berdiri saja tidak bisa dan kemana-mana harus menggunakan kursi roda. Pelan-pelan, Dhani belajar menggunakan tongkat kaki.

"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat," kata anak pertama dari empat bersaudara ini.

Baca juga: Kisah Mujab, Lulusan UI Gapai Beasiswa LPDP ke Inggris berkat Doa Ibu

Saat proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008 itu, Dhani harus melewatkan Ujian Nasional tingkat SMP. Tetapi ia memutuskan untuk mengulang kelas 9 SMP agar bisa mengikuti ujian dengan baik.

Meski kondisi fisiknya tak lagi memiliki dua kaki, dia tidak patah arang. Saat SMA, dia mendapatkan nilai tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. SNMPTN kini berganti nama menjadi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi atau SNBP.

Saat itu ia mengambil Jurusan Kedokteran Umum. Tetapi masih ditolak. Banyak kampus yang mensyaratkan mahasiswanya tidak boleh tuna daksa.

Sampai akhirnya ia mencoba daftar Unpad. Untungnya, Unpad tak mempermasalahkan tuna daksa untuk mengenyam pendidikan dokter gigi.

Ia bercerita sempat dipanggil dekan Unpad. Ia diberi tahu bahwa menyelesaikan studi kedokteran dengan status tunadaksa bukanlah hal yang mudah.

Kakak tingkatnya yang tuna daksa menggunakan kursi roda ada yang menyerah dengan tak bisa menyelesaikan studi. Hal itu justru menambah lecutan pada diri Dhani agar kampus tak perlu mengkhawatirkan kemampuannya untuk merampungkan pendidikan dokter gigi.

Dhani yang berjalan dengan tongkat ini berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018. Ia kemudian bekerja di klinik dokter gigi dan di Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara. Di saat itulah Dhani juga mulai menggunakan kaki palsu atau prostesis untuk lebih mempermudah aktivitasnya.

Baca juga: 4 Tips agar Lancar Presentasi, Mahasiswa Bisa Coba

Dhani lolos beasiswa LPDP ke Jerman

Dhani ingin kuliah lagi ke Jerman. Ia akhirnya mencoba beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP. Dhani menyasar Humboldt Universitaet di Berlin, Jerman dan mengambil International Health.

"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu," ungkap Dhani.

Lewat jalur afirmasi beasiswa LPDP jalan Dhani terbuka meraih impiannya kembali ke Jerman. "Proses sangat dimudahkan oleh LPDP dari segi aksesibilitas fisik," tambahnya.

Singkatnya, Dhani mendapat beasiswa LPDP dan mulai berkuliah di Jerman pada 2020 dan berhasil meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun setelahnya.

Pulang ke Indonesia, Dhani mengikuti karier ayahnya yaitu sebagai abdi negara atau PNS. Dhani hingga saat ini tercatat bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Perjalanan Dhani dapat menjadi salah satu contoh inspiratif sekaligus motivasi terutama bagi para penyandang disabilitas. Bahwa keterbatasan fisik tak selalu membatasi semangat dan cita-cita untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Baca juga: Cara Membuat Judul Skripsi yang Tepat

“Pesan saya untuk teman-teman penyandang disabilitas yang ada di seluruh Indonesia, baik yang sudah dewasa maupun yang saat ini masih usia anak-anak, saya berpesan bahwa di dunia ini banyak sekali kesempatan kita untuk berprestasi, melakukan ibadah, beramal, berkreasi, berprestasi membanggakan orang tua membanggakan keluarga membanggakan negara,” tutur penerima beasiswa LPDP angkatan PK-147 ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com