Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Batik di Indonesia, Dulu Jadi Seragam Pelajar STOVIA

Kompas.com - 02/10/2023, 08:19 WIB
Albertus Adit

Penulis

Menurut Pramoedya Ananta Toer, Kartini mulai mengenal seni batik sejak usia 12 tahun, ketika ia sudah meninggalkan bangku sekolah dan masuk ke ruang pingitan.

Dia belajar pada seorang pekerja tetap di kadipaten yang bernama Mbok Dullah. Suatu waktu, Kartini pernah menghadiahkan sarung batik karya-tangannya sendiri kepada Nyonya Abendanon, istri Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia-Belanda.

Kardinah adik Kartini pun memiliki peran sendiri dalam dunia batik. Kardinah yang menikah dengan Bupati Tegal, memiliki andil dalam perubahan corak dan motif dalam batik khas Tegal.

Kebanggaan itulah yang kemudian ditularkan kepada masyarakat Tegal lewat sekolah Wismo Pranowo. Upaya Kardinah dalam memperkenalkan hasil karya batik anak-anak didiknya bukan saja untuk dipakai sendiri, tetapi juga untuk dipamerkan.

Jadi seragam pelajar STOVIA

Tak hanya itu saja, para pelajar School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) dahulu saat sekolah menggunakan batik sebagai seragamnya.

Sebelum memakai baju jas putih seperti baju orang Belanda, mereka terlebih dahulu menggunakan kain jarik bermotif batik yang dipadukan dengan baju putih.

Biasanya pelajar STOVIA yang memakai kain jarik ini adalah pelajar yang berasal dari Pulau Jawa. Selain memakai kain jarik, mereka juga memakai blangkon di kepalanya.

Jadi, batik tidak hanya menjadi warisan tak ternilai bagi bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi representasi kultur bangsa Indonesia.

Terdapat banyak ragam motif batik di Indonesia yang disesuaikan dengan daerahnya masing-masing.

Baca juga: G-30-S PKI: Ini Sejarah, Kronologi, Tujuan, dan Tokoh yang Gugur

Selain itu, sejarah panjang batik dari sejak zaman kerajaan hingga saat ini membuat batik pun mengalami banyak perkembangan. Di masa kini, batik juga telah menjadi identitas sendiri bagi bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com