Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kisah Soekarno-Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Kompas.com - 16/08/2023, 13:22 WIB
Albertus Adit

Penulis

Akibatnya, Bung Karno kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.

Meski demikian, dari berbagai perjalan dan perjuangannya itu membuahkan hasil setelah penjejah Jepang kalah dan menyerah dari Sekutu pada 15 Agustus 1945.

Kemudian 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta serta tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945.

Tentunya, pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia atau sebagai tonggak sejarah bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.

Kisah Mohammad Hatta

Sedangkan Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno.

Bung Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat.

Sang proklamator ini juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama.

Baca juga: Seperti Ini Peran Pelajar dalam Mengisi Kemerdekaan RI

Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian.

Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.

Bung Hatta lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda. Bung Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Karena keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr. Sjaaf, Kaligis dan dr. Sarjito.

Dalam perkembangannya pada 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.

Pada 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktekan koperasi di Denmark, Swedia dan Norwegia.

Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com