Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Kisah Soekarno-Hatta, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

KOMPAS.com - Dua putra bangsa ini namanya bakal dikenang sepanjang hayat. Sebab, Ir. Soekarno dan Dr. Drs. H. Mohammad Hatta adalah Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia.

Terlebih pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, jasa kedua putra bangsa ini tak ternilai.

Tentu kiprah keduanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah tidak diragukan lagi.

Memang mereka tidak berjuang secara fisik dan senjata seperti pahlawan-pahlawan lain, akan tetapi mereka berjuang melalui ide-ide, pemikiran kritis, dan juga diplomasi kepada pemerintahan kolonial.

Bagi siswa yang masih sekolah yang sedang belajar sejarah kemerdekaan Indonesia, seperti ini kisah sang proklamator kemerdekaan Indonesia. Informasi dilansir dari laman Direktorat SMP Kemendikbud Ristek.

Kisah Soekarno

Soekarno yang juga dikenal sebagai Presiden pertama RI ini lahir di Blitar Jawa Timur pada 6 Juni 1901. Semasa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orangtuanya di Blitar.

Saat ia di sekolah dasar hingga tamat, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan politisi kawakan pendiri Syarikat Islam.

Bung Karno, panggilan akrab Soekarno ini kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubarinya.

Usai lulus HBS pada 1920, ia pindah ke ibukota Jawa Barat dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool) atau sekolah Teknik Tinggi yang sekarang disebut sebagai Institut Teknologi Bandung. Ia berhasil meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926.

Kiprah Soekarno berlanjut ke bidang politik. Kemudian, sang proklamator ini merumuskan ajaran Marhaenisme serta mendirikan sebuah partai yang bernama PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927.

Tentu tujuan didirikannya partai ini adalah untuk menuju Indonesia merdeka.

Namun, Belanda atau penjajah yang tidak senang dengan pergerakan Soekarno mengambil tindakan agar pemerintahan Hindia-Belanda saat itu masih bisa berdiri kokoh di tanah jajahannya.

Akibatnya Belanda menjebloskan Soekarno ke penjara Sukamiskin yang berada di di Bandung pada 29 Desember 1929.

Selama 8 bulan mendekam di jeruji besi, ia pun baru disidangkan. Dalam pidato pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”, beliau menggambarkan kondisi politik internasional dan keadaan rakyat Indonesia di bawah belenggu kolonialisme.

Pembelaannya itu membuat Belanda semakin marah sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, beliau bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya.

Akibatnya, Bung Karno kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores, pada 1933. Empat tahun kemudian ia dipindahkan ke Bengkulu.

Meski demikian, dari berbagai perjalan dan perjuangannya itu membuahkan hasil setelah penjejah Jepang kalah dan menyerah dari Sekutu pada 15 Agustus 1945.

Kemudian 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta serta tokoh nasional lainnya menyusun naskah proklamasi yang akhirnya dibacakan pada 17 Agustus 1945.

Tentunya, pembacaan naskah ini sekaligus mengukuhkan kedaulatan Republik Indonesia atau sebagai tonggak sejarah bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.

Kisah Mohammad Hatta

Sedangkan Mohammad Hatta atau yang akrab dipanggil Bung Hatta adalah seorang pemikir, negarawan, ekonom, dan sekaligus menjadi Wakil Presiden Indonesia yang pertama mendampingi Soekarno.

Bung Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pendidikan masa kecil Moh. Hatta dimulai dari Sekolah Rakyat.

Sang proklamator ini juga kental dengan pelajaran agama karena dilahirkan di lingkungan keluarga yang kuat akan ilmu agama.

Beranjak dewasa, ia menempuh pendidikan di sekolah MULO. Selama pendidikan, beliau mempelajari banyak hal di luar pelajaran formal seperti keorganisasian.

Kecintaannya terhadap organisasi masih terbawa saat ia melanjutkan pendidikan di PHS (Prins Hendrik School) pada 1921. Ia aktif menjadi bagian dari Jong Sumatranen Bond.

Bung Hatta lulus dari PHS dan mendapat beasiswa kuliah di Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda. Bung Hatta kembali menambah kapasitas ilmunya dengan mempelajari hal-hal seperti tata negara dan juga ekonomi kolonial.

Karena keaktifan dalam organisasi tak terhenti, sejak Februari 1922, Bung Hatta telah terpilih menjadi bendahara di Indische Vereeniging, sebuah organisasi yang dipimpin oleh dr. Sutomo bersama dengan tokoh-tokohnya lainnya seperti dr. Sjaaf, Kaligis dan dr. Sarjito.

Dalam perkembangannya pada 1925 Indische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia.

Pada 1925 itu, anggota Perhimpunan Indonesia mengumpulkan beberapa ratus golden untuk mengongkosi perjalanan dua orang ekonom dari perhimpunan Indonesia yaitu Moh. Hatta dan Syahrir untuk mempelajari cara mempraktekan koperasi di Denmark, Swedia dan Norwegia.

Keberhasilan negara-negara tersebut dalam menjalankan koperasi menjadi tujuan dari Moh. Hatta dan Syahrir untuk mengembangkan ekonomi koperasi di Tanah Air. Jadi tidak salah kalau sekarang Moh. Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Atas desakan seluruh anggota, Moh. Hatta dicalonkan sebagai ketua dan tahun 1926 terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia.

Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Bung Hatta dapat menyampaikan gagasan-gagasannya terkait politik yang dianut dan akan dijalankan Perhimpunan Indonesia. Namun sama seperti Soekarno, Belanda menganggap ini adalah sebuah ancaman bagi pemerintahan kolonial.

Dalam masa perjuangan politiknya itu, Bung Hatta pernah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan menjadi anggota perhimpunan terlarang, terlibat dalam pemberontakan, dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda.

Setelah mendekam selama lima setengah bulan, berkat pembelaan dan perjuangan hukum teman-temannya beliau dibebaskan dari segala tuduhan.

Tak sampai di situ, bahkan dia juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Digul dan Banda Neira. Saat pengasingan, ia menulis artikel-artikel untuk koran di Jakarta dan majalah-majalah di Medan yang tidak terlalu bermuatan politis. Tulisan-tulisan tersebut justru lebih bersifat menganalisis dan mendidik pembacanya.

Kemudian saat Jepang menduduki Indonesia, Hatta dibebaskan dan dijadikan penasihat oleh pemerintahan Jepang. Hal ini dimanfaatkan oleh Hatta untuk membela kepentingan rakyat Indonesia. Ia pun turut andil dalam keanggotaan Panitia Sembilan dan PPKI sebagai media persiapan kemerdekaan Indonesia.

Setelah perjuangan panjangnya, ia berhasil mewujudkan keinginan rakyat untuk memerdekakan Indonesia. Bersama dengan Soekarno, beliau menorehkan tinta “atas nama bangsa Indonesia” di dalam naskah proklamasi.

Tentunya, perjuangan kedua pasangan emas tersebut dalam memerdekakan Indonesia tak lagi dimungkiri. Mereka pun diangkat menjadi pahlawan proklamasi secara resmi pada tahun 2012 setelah sebelumnya status tersebut mengalami distorsi berkali-kali.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/08/16/132221071/ini-kisah-soekarno-hatta-sang-proklamator-kemerdekaan-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke