Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. Alfian Akbar Gozali
Dosen & Manajer Pengembangan Produk TI Telkom University

Dosen Telkom University, Penulis Buku Kecerdasan Generatif Artifisial

Urgensi Asesmen Kesiapan Digital bagi Pendidikan Tinggi Indonesia

Kompas.com - 01/08/2023, 09:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meskipun masih relatif baru, kerangka kerja ini semakin populer dan diharapkan akan digunakan oleh lebih banyak universitas pada masa mendatang.

Sebagai contoh, University of Cambridge pada 2020, menggunakan alat ini untuk melakukan asesmen kesiapan transformasi digital.

Hasil asesmen ini kemudian digunakan untuk merencanakan dan merancang strategi dan rencana aksi transformasi digital yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas universitas.

Sementara itu, Monash University di Australia juga melakukan asesmen serupa pada 2021 yang melibatkan seluruh stakeholder.

Dalam konteks nasional, sebenarnya kita memiliki Digital Maturity Index (DMI) yang dikembangkan oleh Telkom Indonesia. Salah satu framework lain yang populer dan digunakan untuk mengukur kematangan digital organisasi dalam lima dimensi, yaitu Digital Leadership, Digital Culture, Digital Process, Digital Technology, dan Digital Talent.

Alat asesmen lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan digital di PT termasuk Digital Maturity Assessment (DMA) yang dikembangkan oleh Google, Digital Transformation Maturity Model (DTMM) yang dikembangkan oleh IBM, dan DMA versi Capgemini.

Alat-alat ini memungkinkan PT di Indonesia untuk memahami kematangan digital mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

Meskipun demikian, ada satu masalah besar yang belum dapat diselesaikan melalui framework-framework tersebut.

Standar QS Digital Maturity Framework dinilai masih terlalu tinggi dan kurang menggambarkan peta PT di Indonesia yang sangat beragam.

Digital maturity assessment lainnya juga kurang cocok digunakan di PT karena dikhususkan untuk perusahaan dan instansi umum.

Asesmen kesiapan digital khusus PT Indonesia sudah perlu dibuat khusus. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kominfo untuk kabupaten-kabupaten di Indonesia. Pengukuran yang specially tailored dibutuhkan untuk menyesuaikan karakteristik PT di Indonesia.

Nantinya, asesmen ini tidak hanya mengukur kesiapan, namun dapat digunakan untuk melakukan klasterisasi digital PT di Indonesia.

Klasterisasi ini akan memudahkan pemerintah, khususnya Ditjen Diktiristek untuk mengambil kebijakan yang lebih presisi. Terutama terkait penentuan prioritas bantuan transformasi digital untuk PT.

Bagi PT sendiri pun, manfaat melakukan asesmen kematangan digital sangat banyak. Dengan melakukan asesmen, mereka dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, mengembangkan rencana transformasi digital yang tepat, meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta meningkatkan daya saing.

Selain itu, asesmen juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, produktivitas, inovasi, dan retensi karyawan.

Penting untuk dicatat bahwa 70 persen proyek transformasi digital tidak memenuhi tujuannya, menurut Boston Consulting Group.

Namun, dengan memanfaatkan alat asesmen kematangan digital, PT di Indonesia dapat meminimalkan risiko kegagalan dan meningkatkan peluang sukses dalam proses transformasi digital mereka.

Dengan kata lain, asesmen kematangan digital menjadi pemegang peranan penting dalam perjalanan transformasi digital PT di Indonesia. Untuk menyambut bonus demografi pada Indonesia Emas 2045.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com