Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMY: Retinoblastoma, Kanker Mata Terbanyak pada Anak

Kompas.com - 08/07/2023, 18:02 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Kini, penyakit tidak lagi memandang usia. Salah satunya kanker mata atau retinoblastoma yang banyak terjadi pada anak-anak.

Menurut Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahmad Ikliluddin, retinoblastoma merupakan kanker ganas intraocular (berlokasi di dalam bola mata) terbanyak pada anak-anak.

Secara epidemiologi, insidensi retinoblastoma di seluruh dunia terjadi pada 1 dari 16 ribu hingga 18 ribu kelahiran hidup, dengan 8 ribu kasus baru tiap tahunnya.

Sedang di Indonesia, menurut data 2013, terdapat sejumlah 277 anak dengan retinoblastoma. Kasus retinoblastoma ini terjadi paling banyak pada anak-anak dengan usia di bawah 5 tahun.

Baca juga: FP UMY Peringkat 1 PTS Bidang Ilmu Pertanian Versi EduRank 2023

Dijelaskan, retinoblastoma merupakan keganasan yang muncul akibat mutasi dari gen RB1, yaitu suatu gen yang berperan sebagai pengendali pertumbuhan sel (tumor suppressor gene), yang ada dalam kromosom manusia.

Akibat dari mutasi ini, terjadi pembelahan sel terus-menerus dari sel progenitor fotoreseptor retina, sehingga terbentuklah jaringan kanker yang tidak terkendali pertumbuhannya di retina, menjadi retinoblastoma.

Mutasi dari gen RB1 ini bisa terjadi secara herediter (diturunkan dari orangtua ke anaknya), maupun non-herediter (terjadi secara sporadik dalam proses pertumbuhan jaringan).

Sel retina yang tumbuh sebagai retinoblastoma ini jika tidak segera mendapat penanganan yang tepat, maka akan tumbuh makin besar.

Serta dapat menyebar (metastasis) ke otak dan sumsum tulang sehingga menyebabkan angka mortalitas/kematian yang tinggi.

"Maka dari itu, orangtua perlu mewaspadai kejadian retinoblastoma ini pada anaknya," ujarnya dikutip dari laman UMY, Kamis (6/7/2023).

Baca juga: Mahasiswa UMY Siap KKN di Sekolah Indonesia Jeddah

Adapun gejala awal yang dapat menjadi kewaspadaan adalah munculnya kilauan cahaya dari dalam mata anak, yang disebut dengan leukocoria.

Sehingga memunculkan gambaran seperti mata kucing yang berkilau saat terkena sorot cahaya.

Jika mendapatkan gejala ini muncul pada anak, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter mata terdekat untuk dapat mendeteksi sedini mungkin jika terjadi retinoblastoma.

Meski demikian, untuk saat ini ada beberapa pilihan dalam penanganan retinoblastoma.

Untuk kanker-kanker yang terdeteksi sejak awal, masih berukuran kecil, dan pertumbuhannya masih terbatas di area retina, dapat digunakan pilihan terapi dengan penyinaran laser untuk mematikan kanker dan jaringan penyokongnya.

Bisa juga digunakan kemoterapi intra-arteri yang menargetkan sel kanker retinoblastoma secara lokal di retina, sehingga efek kemoterapi ke jaringan tubuh lainnya dapat diminimalisasi.

Namun jika terdeteksi sejak awal, retinoblastoma dapat tertangani dengan cukup baik, dengan tetap dapat mempertahankan keutuhan bola mata, dan bahkan mempertahankan fungsi penglihatan pasien.

Tapi bila retinoblastoma sudah tumbuh semakin besar, bola mata menjadi tampak menonjol keluar, sudah terdapat kecurigaan persebaran kanker melalui saraf mata dan tulang orbita.

Maka penanganannya memerlukan kemoterapi untuk mengecilkan ukuran kanker dan dilanjutkan dengan prosedur enukleasi (mengambil bola mata secara utuh) untuk memperkecil risiko persebaran kanker ke otak dan organ lain di tubuh.

Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi sistemik untuk menangani kanker hasil metastasis di organ lain di tubuh.

Baca juga: Rektor UMY: Mau Pilih Jurusan Kuliah, Perhatikan Dulu 4 Isu Global Ini

Kondisi metastasis (persebaran) dari retinoblastoma ke otak ataupun sumsum tulang akan meningkatkan angka mortalitas (angka kematian), sehingga deteksi dini retinoblastoma ini sangat diperlukan untuk memperkecil risiko pertumbuhan dan persebarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com