Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 17:22 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Unesa

KOMPAS.com - Perkembangan teknologi sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Tentu semua ada sisi positif dan negatifnya.

Seperti halnya muncul fenomena pacaran virtual. Atau berpacaran tanpa perlu ketemu langsung dan hanya lewat ponsel pintar.

Meski demikian, banyak yang akhirnya menyadari bahwa pacaran virtual akan berakhir dengan penyesalan.

Terkait hal itu, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Putri Aisyiyah Rachma Dewi, S.Sos., M.Med.Kom., memberikan penjelasan.

Baca juga: Workshop Unesa Bagikan 9 Tips Hasilkan Foto Bercerita

Menurutnya, seiring berkembangnya teknologi komunikasi, segala kebutuhan mudah terpenuhi di ruang-ruang virtual, tidak terkecuali pacaran.

Ada yang merasa nyaman pacaran virtual

Pacaran virtual bisa diartikan sebagai hubungan yang terjalin di dunia maya tanpa adanya pertemuan di dunia nyata.

Bisa juga, hubungan yang terjalin dengan lebih banyak melakukan komunikasi interaksi secara maya ketimbang pertemuan langsung di ruang nyata.

Adapun bentuk komunikasi dalam hubungan model ini bisa melalui chat dan panggilan telepon atau video call. Ada beberapa alasan yang mendorong orang lebih memilih pacaran virtual. Di antaranya karena merasa lebih nyaman.

Rasa nyaman ini disebabkan karena konsep diri yang merasa kurang di lingkungannya. Di ranah virtual, orang bisa lebih leluasa menciptakan karakter dirinya sesuai yang diinginkan lewat berbagai fasilitas yang memang dibuat untuk itu seperti filter wajah dan sebagainya.

Tak hanya itu saja, orang juga bisa memilih lingkungan yang sefrekuensi atau yang sesuai dengan minat dan hobinya. Di mana lingkungan virtualnya itu mereka bisa nonton atau game bareng tanpa harus ditanya kapan nikah, kapan wisuda, kapan kerja.

Baca juga: Kuliah Umum di Unesa: Ini Contoh Olahraga bagi Penderita Diabetes

Pacaran virtual ini memang ada yang sampai ke pelaminan dan itu baik-baik saja. Namun, ada juga kasus yang justru sebaliknya.

"Kalau kita kembali ke pola perilaku berpacaran baik itu langsung atau virtual tetap memiliki risiko yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan baik-baik," ujarnya dikutip dari laman Unesa, Minggu (4/6/2023).

Waspadai risiko jejak digital

Meski demikian, pada kasus pacaran virtual ada risikonya yakni jejak digital yang justru membahayakan. Selain itu, pacaran virtual juga berisiko munculnya tindakan kekerasan seksual.

Terkait kasus ini, PKKS Unesa punya pengalaman menerima beberapa klien yang mengeluhkan jejak digital yang masih tertinggal di pasangan mereka.

Itu jadi beban buat perempuan di banyak kasus, foto atau videonya dijadikan alat pemerasan atau untuk perilaku paksaan (ancaman) lainnya.

Halaman:
Sumber Unesa


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com