Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jusuf Irianto
Dosen

Guru Besar di Departemen Administrasi Publik FISIP Universitas Airlangga, Surabaya

Ketika Kampus Menggunakan ChatGPT

Kompas.com - 02/03/2023, 17:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satu PT tersebut adalah Universitas Standford yang merilis pendeteksi karya tulis akademik hasil AI berupa software bernama DetectGPT (lihat: hai.stanford.edu/news/human-writer-or-ai-scholars-build-detection-tool).

Sebagai universitas terkemuka, Stanford berupaya mengembangkan metode pendeteksi bertujuan menghilangkan kebiasaan menulis karya dengan alat bantu. Kebiasaan ini harus diberantas karena bersifat destruktif bagi upaya peningkatan mutu lulusan pendidikan tinggi.

Dengan aplikasi yang dibuat, Universitas Stanford dapat mengembangkan metode lebih akurat. Cara kerja metode Stanford berdasarkan prinsip mekanis bahwa teks yang dihasilkan oleh mesin umumnya tak berada jauh dari wilayah pencarian (searching) subjek tertentu di internet.

Dengan prinsip mekanistis berdasarkan informasi di internet, mahasiswa atau bahkan dosen yang menulis makalah atau karya akademik lain menggunakan chatbot dapat diketahui lebih mudah. Metode yang dikembangkan Universitas Stanford boleh jadi akan diadopsi perguruan tinggi lain.

Salah satu keunggulan metode DetectGPT adalah lebih efektif membedakan atau mendeteksi gaya (style) penulisan karya ilmiah yang ditulis manusia ataukah oleh mesin. Pendekatan pembelajaran (learning approach) berbasis DetectGPT dari Stanford adalah zero-shot atau zero-learning.

Maknanya adalah penggunaan software dapat dilakukan lebih praktis tanpa membutuhkan data/informasi tambahan atau pelatihan untuk menguasai sistem. Dengan metode Stanford, para dosen atau pengajar diharapkan dapat mengenali atau mendeteksi naskah hasil mesin lebih mudah.

Baca juga: Dinilai Bisa Sebarkan Propaganda, China Larang ChatGPT

Deteksi dapat dilakukan tanpa harus mengetahui alat kecerdasan yang digunakan untuk menghasilkan naskah tersebut. Hasil uji coba para ilmuwan yang menggunakan kumpulan data dari beberapa naskah menunjukkan perangkat lunak dari Stanford akurat (95 persen) dan lebih unggul dibandingkan metode lain yang telah mendeteksi naskah hasil ChatGPT.

Para ilmuwan Universitas Standford mengklaim peningkatan kinerja substansial yakni kemudahan deteksi lebih efektif. Berbagai bentuk kecurangan atau kebohongan bakal ditepis. Sementara penyusunan karya ilmiah tak perlu ditulis menggunakan tangan di atas kertas seperti masa lalu namun mengandalkan kejujuran.

Di dunia akademik, kejujuran merupakan prioritas untuk ditegakkan. Jangan bohong atau berbuat curang dalam menulis. Tulislah semua bentuk informasi dengan hasil olah pikir sendiri. Jika tidak, nanti menyesal seperti telah dialami UV.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com