Manusia terus bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain sehingga membuat bahasa ikut berubah seiring waktu.
2. Peperangan
Migrasi kelompok manusia tidak selalu berlangsung secara damai. Terkadang, ada perselisihan hingga peperangan.
Peperangan tersebut memengaruhi bahasa yang digunakan manusia.
Peperangan dapat menciptakan bahasa baru atau membuat sebuah bahasa yang telah mapan menjadi punah.
Misalnya seperti masyarakat yang kalah dalam perang akan dipaksa untuk menggunakan bahasa dari yang memenangkan perang.
Baca juga: Alumnus UNS Ini Sukses Berbisnis dan Punya 2,9 Juta Follower di TikTok
3. Letak geografis
Ternyata, distribusi bahasa tidak merata karena letak geografis sebuah wilayah.
Contohnya seperti Eropa yang mempunyai sekitar 225 bahasa asli, sedangkan Papua Nugini yang wilayahnya lebih kecil memiliki 820 bahasa.
Terdapat peran dari faktor geografis di gunung, sungai, hutan, dan rawa yang membuat masyarakat di Papua Nugini terbagi menjadi suku-suku kecil.
Kelompok-kelompok ini sudah terisolasi sangat lama sehingga mereka mengembangkan bahasanya sendiri. Berbeda suku, berbeda pula bahasanya.
Namun, faktor geografis bukan hanya mempengaruhi bahasa saja, melainkan juga budaya di seluruh dunia.
4. Adaptasi akustik
Secara sederhana, adaptasi akustik berhubungan dengan cara hewan menyesuaikan suaranya atau panggilan di lingkungan mereka agar bisa terdengar.
Misalnya, di hutan yang lebat dengan iklim panas suara vokal lebih mudah didengar dibandingkan dengan suara konsonan.