KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut masyarakat miskin mengeluarkan uang untuk membeli rokok lebih tinggi daripada protein atau beras.
Tingginya konsumsi rokok masyarakat miskin ini, juga sempat disinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengatakan bahwa pengeluaran untuk rokok lebih tinggi dari bahan makanan.
Salah satu solusi agar peredaran rokok tidak melonjak, yakni menaikkan cukai rokok. Apakah solusi ini tepat? Mengapa masyarakat miskin suka merokok?
Baca juga: Dosen FK Unair: Bayi Laki-laki Prematur Berisiko Alami Kemandulan
Pakar sosiologi ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Bagong Suyanto angkat bicara. Ada alasan mengapa rokok sangat digemari masyarakat miskin.
Prof. Bagong menyebutkan, fenomena ini sebenarnya telah menjadi keprihatinan sejak lama.
"Memang menjadi masalah yang sering dikeluhkan, dimana uang yang seharusnya bisa untuk kebutuhan positif lain seperti memenuhi kebutuhan gizi keluarga, justru dialokasikan untuk membeli rokok,” ucap Prof. Bagong yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dilansir dari laman Unair.
Bagong mengungkapkan, rokok dan kemiskinan memiliki hubungan yang erat.
Baca juga: 21 PTN Punya Kuota Seleksi Mandiri sampai 50 Persen, Cek Mana Saja
Dalam keluarga miskin, biasanya telah terjadi proses pembelajaran tentang budaya merokok.
Akhirnya, pembelajaran ini menjadi kebiasaan yang didukung juga oleh zat-zat adiktif dalam kandungan rokok.
“Bahkan tingkatannya bisa makin berat, tidak hanya rokok putih namun akhirnya bisa meningkat pada rokok kretek,” jelas Prof. Bagong.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.