Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wicak, Bukan Si Paling Pintar di Kelas, Ukir Puluhan Prestasi

Kompas.com - 20/12/2022, 16:48 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara, mahasiswa IPB University yang akrab disapa Wicak mengatakan bahwa dirinya bukanlah "si paling pintar" di kelas.

Di masa awal kehidupan kampus, tutur Wicak, ia merasa bukan orang yang terlalu brilian dalam menangkap materi perkuliahan.

Karena itulah, Wicak mencari cara lain yang bisa meningkatkan nilai diri sebagai seorang pelajar, yakni dengan mengikuti berbagai kompetisi.

Selain itu, ia mengatakan bahwa ayah dan ibunya yang memiliki usaha warung makan kecil-kecilan, selalu mendukung penuh yang dilakukannya. Berasal dari keluarga kurang mampu, ia berusaha menunjukkan dirinya agar tidak diremehkan oleh orang lain.

Baca juga: Kisah Guru Nofri, Rela Tempuh 40 Jam Perjalanan demi Berbagi Ilmu

“Tidak banyak harta yang kami miliki, jadi saya bertekad menjadi harta terbaik yang bisa selalu mereka banggakan,” ungkap Wicak dalam keterangan resmi Pusat Prestasi Nasional Kemendikbud.

Di tahun ini, ia mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) tahun 2022 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Baginya, bisa mengikuti Pimnas 2022 dan meraih medali bukanlah sebuah perkara yang mudah. Diperlukan banyak perjuangan untuk mencapai titik tersebut, dimulai sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Ingin jadi dosen

Baginya, tujuan-tujuan kecil yang diperolehnya dari ajang Pimnas lebih penting dibandingkan dengan pencapaian dan prestasi yang sudah diraihnya.

“Saya lebih senang atas tujuan-tujuan dan dampak-dampak kecil dari proses tersebut bagi saya dan orang lain. Saat side effect atau tujuan kecil sudah saya raih, biasanya saya akan nothing to lose saja dalam melanjutkan kompetisi,” tutur Wicak.

Tentu perjalanannya tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami lelah untuk berprestasi yang disebabkan oleh orang-orang disekitarnya yang tidak ingin mengerti mengenai kondisi yang dialaminya terutama dari sisi pembagian waktu dan pemahaman materi yang lebih ekstra.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Selain itu, sebagai anak muda, Wicak juga merasa keteteran dalam menyeimbangkan pembagian waktu dan mengelola emosi untuk kehidupan kuliah, kompetisi, dan lainnya.

Namun, semangatnya selalu kembali membara setelah memikirkan kebahagiaan dan senyuman orang-orang terdekatnya saat melihatnya berprestasi. Motivasi terbesarnya dalam berprestasi adalah reaksi orang-orang disekitarnya terutama keluarga.

Mahasiswa kedokteran hewan ini juga memiliki cara lain untuk mengembalikan semangatnya.

“Dengan ‘mengejek’ dan ‘meremehkan’ diri sendiri ketika berada di titik terendah, sehingga diri saya sendiri tidak terima lalu membuktikan bahwa kualitas diri saya tidak serendah apa yang saya pikirkan,” pungkas Wicak.

Ke depannya, ia ingin menjadi dosen atau pengajar. Hal ini juga didasarkan dari kesenangannya untuk membagikan ilmu yang dimilikinya.

Baca juga: 10 Jurusan Kuliah Gampang Dapat Kerja di Era Revolusi Industri 4.0

Mahasiswa berusia 22 tahun tersebut turut memberikan pesan kepada seluruh generasi muda di seluruh Indonesia agar untuk berprestasi jangan fokus terhadap gelar juara apa yang akan diraih, namun tentukan tujuan-tujuan kecil yang berharga dari mengikuti sebuah kompetisi.

Wicak juga mengajak generasi muda untuk mengenali diri sendiri dan cari kelebihan yang bisa ditonjolkan.

“Dan yang terpenting dalam proses itu, bentuk karaktermu yang unggul, menghormati guru, dan senantiasa ingin bermanfaat bagi orang lain. Jangan sombong atas apapun yang kamu capai, dan jangan pelit atas ilmu yang kamu miliki,” tegas Wicak.

Tidak pernah fokus untuk meraih medali

Wicak merupakan remaja asal Bali yang telah menorehkan prestasi sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Saat bersekolah di SD Negeri 4 Padangkerta Bali, ia menjadi juara dalam bidang olimpiade Matematika, Olimpiade IPA, Siswa Berprestasi, masa tua (bercerita Bahasa Bali), dan gerak jalan.

Baca juga: 8 Universitas dengan Lulusan Paling Mudah Dapat Kerja Versi QS GER 2022

Prestasi di bidang ini terus dilanjutkan hingga jenjang SMP sembari menorehkan prestasi di bidang lainnya yaitu Olimpiade Bahasa Indonesia, story telling Bahasa Inggris, Speech Contest, cerdas cermat, menulis opini, menulis cerpen, senam, Palang Merah Remaja (PMR), hingga menjadi Duta Anak.

Kemampuan menulis di bidang ilmiah baru diasahnya saat di bangku. Di SMA-nya dulu yang bernama SMA Negeri Bali Mandara, setiap peserta didik diwajibkan untuk memiliki prestasi dan melakukan penelitian.

“Dalam mengejar prestasi, saya memilih jenis prestasi yang terdengar ‘keren’ dan jarang saya dengar sebelumnya, maka jadilah saya mencoba kompetisi penelitian,” ujar Wicak.

Proses demi proses dilaluinya hingga ia menemukan banyak tantangan dan hal-hal baru yang membuatnya jatuh hati pada dunia penelitian.

Tidak disangka, dunia penelitian yang ditekuninya ini membawa Wicak menjadi Finalis di ajang Intel-ISEF (International Science and Engineering Fair) 2018 di Pittsburgh, Pensylvania, Amerika Serikat dengan judul penelitian Alat Pendeteksi Sapi Birahi (APEKSI).

Baca juga: Beasiswa S1-S2 ke Kampus Terbaik Australia 2023, Senilai Rp 104 Juta

Wicak dan rekan setimnya dipilih untuk mewakili Indonesia ke ajang tersebut setelah berhasil meraih medali emas dalam ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun 2017 yang juga diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas).

Tidak hanya di bidang penelitian, prestasi di berbagai bidang diraih wicak saat SMA adalah Medali Perak FIKSI (Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia) tahun 2018 tingkat Nasional bidang Pengembangan Aplikasi dan Permainan Digital.

Kala itu ia juga mendapatkan Penghargaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Berprestasi Tahun 2018, Peserta (Undangan Kemdikbud) Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2018 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai Kemendikbud, Finalis YRCC IX (Youth Red Cross Competition) UKM-KSR PMI unit Undiksha PMR Wira se-Bali tahun 2016 tingkat Provinsi Bali, dan lain sebagainya.

Prestasi-prestasi yang diraihnya membawa Wicak memperoleh Beasiswa Unggulan untuk pendidikan S1 di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University.

“Saat itu pertama kali saya bepergian sendiri di tanah rantau, dan merupakan tantangan besar bagi orang kampung dan ‘buta arah’ seperti saya. Tapi pada akhirnya semua terlewati dan saya dapat fokus kuliah,” tutur Wicak.

Semangat berprestasi terus dibawa Wicak hingga kuliah.

Penelitian terus ditekuninya hingga Wicak berhasil lolos sebagai finalis Pimnas sebanyak 2 kali dan memperoleh pendanaan 3 kali berturut-turut di ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Baca juga: Kisah Ana Mariana, Raih Beasiswa Kemendikbud Bisa Kuliah S2 di Harvard

Di setiap ajang Pimnas yang diikuti, ia tak pernah fokus untuk meraih medali, melainkan untuk meraih tujuan-tujuan kecil yang memiliki manfaat berkelanjutan.

Di ajang Pimnas tahun 2020 misalnya, Wicak mengikuti Pimnas karena ingin dapat lebih dekat dengan dosen dan merasakan atmosfer kompetisi di kampus.

Wicak menjadi finalis Pimnas bidang Karsa Cipta (KC) tahun 2020 dengan judul penelitian “Sistem Pemantau Dini dan Penanganan Cepat Stres Panas pada Sapi”.

Selain itu, ia juga memperoleh pendanaan PKM di bidang Riset Eksakta (RE) dengan judul penelitian “Cleanser Wajah dari Bonggol Pisang dan Biji Alpukat sebagai Anti Polusi Kebakaran Hutan”.

Kemudian, di tahun 2021, ia mengikuti PKM karena ingin memberikan program pengabdian kepada masyarakat, terjun langsung ke masyarakat dan melihat feedback positif dari warga desa atas program yang dijalankannya dan timnya.

Di tahun ini, Wicak memperoleh pendanaan di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat (PM) dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah Sarana Persembahyangan oleh Masyarakat Desa di Bali”.

Selanjutnya, di ajang Pimnas tahun 2022, ia bertujuan untuk mendampingi dan memberikan kesempatan bagi adik tingkatnya untuk berkompetisi dan memimpin tim.

Dua penelitiannya lolos sebagai finalis dalam ajang ini yaitu berjudul “Smart Dummy Cow: Integrasi Sistem Koleksi, Analisis Kualitas, dan Pemisahan Jenis Kelamin Semen Sapi dalam Satu Langkah” dan “Perangkat Detektor Birahi Sapi Real Time Berbasis Kamera RGB dan Termal dengan Deep Learning Video Pose Estimation”.

Perjuangan di tahun 2022 ini membawa Wicak meraih medali perunggu dan penelitiannya dapat digunakan sebagai tugas akhir skripsi.

Baca juga: Kisah Guru Asal Sumut, Menulis Banyak Buku hingga Jadi Idola Murid

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com