Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Ini Tanggapan Pakar Unair

Kompas.com - 22/11/2022, 16:37 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Satu keluarga ditemukan tewas di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta, pada Kamis (10/11/2022).

Banyak pihak yang menduga, keluarga tersebut menganut paham apokaliptik.

Hingga saat ini, kematian satu keluarga berjumlah 4 orang tersebut masih menyimpan teka-teki karena belum ditemukan motif yang jelas.

Baca juga: 2 Kisah Mahasiswa Unesa yang Lulus Kuliah dengan IPK 4,00

Menanggapi kejanggalan itu, Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Unair, Dr. Prawitra Thalib memberikan tanggapan terkait dugaan keikutsertaan keluarga dengan paham apokaliptik.

Hasil forensik menyebutkan korban meninggal dalam keadaan lambung kosong, sehingga diduga mati karena kelaparan.

Namun setelah diselidiki, jam kematian dari masing-masing korban berbeda. Selain itu, tidak ditemukan adanya racun dalam tubuh korban.

Muncul dugaan keluarga tersebut menganut paham apokaliptik. Lalu, apa itu paham apokaliptik?

Prawitra mengatakan, apokaliptik adalah sebuah paham yang percaya bahwa dunia sudah banyak kejahatan dan maksiat dan akan diganti dengan dunia baru.

Para pengikut paham ini ingin meninggalkan dunia sebelum adanya penghakiman atau munculnya kiamat.

Para penganut paham ini berspekulasi mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan lebih terhormat sebelum terjadinya kiamat.

Baca juga: Karyawan Resign Massal, Pakar Unair: Ini Dampaknya bagi Twitter

Keterbatasan diri dan putus asa terhadap sistem kehidupan yang ada, merupakan salah satu penafsiran pesimisme dari para pengikut paham ini.

"Apokaliptik tumbuh subur dalam lingkup masyarakat yang putus asa pada suatu sistem dan menganggap ini adalah hukuman Tuhan sehingga mereka lebih baik menghadap Tuhan sebelum Tuhan memanggil mereka," ucap dia dalam keterangannya dari laman Unair, Selasa (22/11/2022).

Prawitra menambahkan, banyak sekali penyebab kematian yang ditempuh para pengikut apokaliptik, tidak hanya dengan melaparkan diri.

Pada banyak kejadian, pengikut paham ini menggunakan media berupa racun yang dicampurkan pada makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Prawitra menyebut, paham apokaliptik ada di berbagai negara, baik dari golongan berpendidikan maupun tidak. Intinya, mereka berdedikasi untuk melakukan tindakan mengakhiri hidup.

Prawitra pun menyebut, pemahaman ini muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian.

Baca juga: 6 Kata Gaul Ini Masuk Kamus KBBI, Apa Saja?

Menurut dia, seseorang perlu waspada jika ada pemahaman yang mengajarkan mengakhiri hidup sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dugaan kematian satu keluarga di Kalideres

Menurut Prawitra, lazimnya dalam kebanyakan pengikut sekte proses kematian tidak dilakukan secara sembarangan.

Dalam kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, pihak kepolisian juga perlu melihat adanya hubungan keluarga dengan jaringan komunitas pengikut sekte lainnya atau memang keluarga tersebut yang memulai menciptakan sekte baru.

Sehingga dapat ditemukan dengan jelas penyebab kematian yang diduga kuat pengikut apokaliptik.

"Dengan adanya bukti baru, ditemukannya berbagai buku bacaan berbagai agama bisa menjadi fase dimana mereka sedang mencari tahu dengan berikhtiar lewat membaca buku tersebut dan mereka tidak menemukan agama yang sempurna. Keputusasaan tersebut bisa mempengaruhi kuat mereka untuk menganut apokaliptik," ungkapnya.

Baca juga: Dosen UNS: Lakukan Hal Ini bila Mahasiswa Terdampak Resesi 2023

Kasus ini juga menimbulkan banyak tanda tanya karena tidak ditemukan tanda kejahatan, kekerasan, perusakan barang, ataupun kehilangan barang. Sehingga belum ada alasan kuat yang mengarah ke dugaan pembunuhan.

Perlu penyelidikan yang kuat untuk mengetahui akar dari kematian satu keluarga di Kalideres.

Cara terhindar dari apokaliptik

Lalu, bagaimana agar seseorang terhindar dari pemahaman yang menyimpang seperti keinginan untuk mengakhiri hidup tersebut?

Prawitra mengakui, diperlukan penanaman keyakinan bahwa ajaran agama yang baik pasti tidak mengajarkan untuk menyakiti atau menghilangkan nyawa diri sendiri atau orang lain.

Baca juga: OJK: Penipuan Investasi Banyak Sasar Kalangan Mahasiswa

"Jika menemukan hal tersebut dalam sebuah ajaran agama, maka kita harus meninggalkan hal tersebut karena berpotensi mengandung pemahaman ekstrimisme dan radikalisme," tukas Prawitra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com