Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Radio Kayu hingga Sepeda Bambu, Ini Karya Inovatif Alumnus ITB

Kompas.com - 29/09/2022, 16:44 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Singgih Susilo Kartono, pria asal Tumanggung merupakan salah seorang alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) dari jurusan Desain Produk (’86). Dia sendiri dikenal sebagai mahasiswa pertama dari desanya yang menimba ilmu di ITB.

Ilmu yang dia dapatkan selama duduk di bangku kuliah benar-benar diaplikasikan agar banyak orang merasakan manfaatnya. Oleh karena itu, setelah menyelesaikan pendidikannya, ia berhasil melahirkan banyak karya yang inspiratif, kreatif, dan inovatif.

Karya-karya yang ia ciptakan terbukti mampu menorehkan prestasi yang nyata. Singgih mengangkat potensi kayu dan bambu dari desanya menjadi hal yang bermakna besar. Ia mampu membuktikan bahwa memajukan daerah sendiri adalah hal yang tidak kalah membanggakan dari profesi lainnya.

Dirilis dari laman resmi ITB Karya yang dia hasilkan terutama berasal dari bahan-bahan tradisional dan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekelilingnya, tetapi hasilnya tidak kalah menarik dari karya lainnya, bahkan merambah ke internasional.

Baca juga: Punya 400 Anggota Tim Bayangan, Pengamat: Nadiem Tak Percaya ASN Kemendikbud

Ada tiga karya terkenal dari Singgih yakni Magno, Spedagi, dan Pasar Papringan. Magno yakni produk radio kayu, Spedagi sendiri merupakan produk sepeda yang kerangkanya terbuat dari bambu, dan penggarapan Pasar Papringan sebagai tempat kuliner, hasil pertanian, hingga kerajinan tradisional.

3 karya inovatif Singgih Susilo

1. Inovasi radio kayu, Magno

Kata Magno artinya membesar, mengacu pada kaca pembesar. Singgih membuat karya ini sebagai lanjutan dari tugas akhirnya dari jurusan Desain Produk di ITB. Pembuatan Magno berawal dari produk radio kayu, dengan memanfaatkan sumber daya dan manusia langsung dari daerahnya.

Baca juga: Uang Saku Rp 325 Juta, Ini Cara Daftar Beasiswa Gates Cambridge S2-S3

Proses produksi Magno ini ternyata melewati banyak lika-liku, tetapi Singgih tidak menyerah. Dia sendiri baru bisa merealisasi desainnya pada 2005 karena kendala vendor elektronik kit radio.

Magno dibuat dengan tangan yang sangat cermat dan menggabungkan unsur keindahan dari bahan-bahan kualitas tinggi. Magno ini bukan sekadar radio belaka, ada filosofi yang terkandung di baliknya.

Siapa sangka, Magno akhirnya mendunia. Salah satu purwarupa radio Magno berhasil dilirik Panasonic Gobel Group, bahkan sampai menarik minat Presiden Joko Widodo.

Bahkan kabarnya pasar produksi Magno berhasil merambah internasional ketika dimulainya pubikasi seorang profesor di Jepang yang terkagum-kagum dengan desain yang “eye-catching” tersebut.

Baca juga: Kisah Guru Asal Sumut, Menulis Banyak Buku hingga Jadi Idola Murid

Magno sendiri merepresentasikan bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Pasalnya sejak 2008, Singgih mendistribusikan 1.000 pohon setiap tahun untuk warga desa untuk meningkatkan populasi pohon sampai 15 hektar hutan. Sementara itu, kebutuhan produksi hanya kurang dari 0,5 hektar hutan saja sejak beroperasi.

Desain dan pesan yang dibawa berhasil menyabet Magno dalam berbagai penghargaan. Penghargaan yang dikantongi seperti Japan Good Design Award G-Mark 2008, London Design Museum’s Brit Insurance Design Awards 2009, dll.

2. Inovasi sepeda bambu, Spedagi

Spedagi, sepeda bambu karya SinggihWeb Spedagi Spedagi, sepeda bambu karya Singgih

Dirilis dari laman Spedagi, Spedagi berasal dari kata “sepeda pagi.” Kegiatan bersepeda yang awalnya dilakukan Singgih untuk menjaga kesehatan. Rutin bersepeda dan latar belakang profesi desainer membuatnya tertarik pada desain sepeda.

Singgih takjub melihat sepeda bambu karya Craig Calfee dari USA. Bukan hanya terbuat dari bambu, sepeda dengan desain baik itu dibuat dengan metode kerajinan tangan. Sepeda ini menginspirasi Singgih untuk mengembangkan desain sepeda bambu, mengingat bambu tersedia melimpah di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com