Sang pangeran naik takhta menjadi Raja Charles III setelah Dewan Aksesi mengumumkan gelar barunya sebagai pemimpin monarki pada Sabtu (10/9/2022).
Baca juga: UI dan Konimex Luncurkan Kit Deteksi Cepat DBD
Meski proses transfer kekuasaan dari Ratu Elizabeth II yang wafat kepada Raja Charles III berjalan damai, ada beberapa faktor yang diperkirakan mengganjal pamor Sang Raja.
Seperti insiden meninggalnya Putri Diana pada 1997 silam, serta keberadaan Camilla Parker Bowles sebagai istri baru Raja Charles III yang tidak kalah kontroversial setelah keduanya menikah pada 9 April 2005 silam.
Selain itu, Agung Satyawan, Ph.D juga mengatakan, Raja Charles III memiliki dua pekerjaan rumah yang perlu untuk dirampungkan.
Salah satunya adalah kemampuan Raja Charles III untuk meyakinkan Negara-negara Persemakmuran bahwa mereka akan lebih sejahtera di bawah Britania Raya.
"Ketika Raja Charles III naik takhta, maka otomatis ia adalah simbol sebagai kepala negara, tidak hanya untuk Britania Raya saja namun juga negara-negara persemakmuran," terang Agung.
Raja Charles III juga perlu mendamaikan hubungan di antara anggota intinya. Pasalnya Kerajaan Inggris sempat diterpa isu kurang mengenakkan usai pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Baca juga: Mahasiswi UNS Juara II Balap Rally Kejurda Jabar
"Maka mengajak Pangeran Harry dan istrinya kembali ke kerajaan akan menambah citra positif Raja Charles III," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.