Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

9 Langkah Menjadi Penulis Kreatif

Kompas.com - 02/09/2022, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Menulis kreatif bukan sekadar menjawab kaidah what, when, why, who, where, dan how atau yang biasa disingkat dengan 5 W + 1 H.

Ada unsur estetika yang berbeda di tiap orang tergantung dari pengalaman, lingkungan, dan keadaan ketika menulis. Namun, agar hasilnya, seperti naskah drama, film, novel, atau puisi, dapat dinikmati publik, diperlukan kedisiplinan dan kepekaan atas masalah.

Fajar Nugros, sutradara dan penulis film "Srimulat: Hil yang Mustahal - Babak Pertama", memaparkan proses kreatifnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Menjaga Kepekaan Supaya Relevan”.

Kepekaan atas masalah bukan sebatas yang sifatnya pribadi, melainkan juga masyarakat. Agar lebih peka terhadap sekitar, diperlukan langkah-langkah yang tepat. Melansir dari Indeed, berikut sembilan langkah yang dapat membantu kita menulis kreatif.

1. Pahami topik yang akan ditulis

Sebagai langkah awal, memahami topik yang akan ditulis sangat penting. Contohnya, bila kita ingin menulis karya sastra prosa dengan genre horor, kita bisa memanfaatkan penulis-penulis terkenal sebagai referensi.

Horor sendiri bukan hanya makhluk yang menyeramkan, melainkan juga bisa berupa keadaan sosial atau penyakit masyarakat. Hal ini bisa kita temukan dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer, seperti Bumi Manusia (2019), yang mengangkat masalah budaya patriarki atau Fyodor Dostoevsky pada Crime and Punishment (2002) yang mengungkap kemiskinan sebagai motif pembunuhan.

Baca juga: 4 Kasus Penculikan Paling Mengerikan Sepanjang Sejarah

Dengan membaca karya-karya di atas sebagai referensi, kita bisa mempelajari bagaimana mereka membuat alur, menulis dialog dan mencitrakan tokoh, serta menciptakan konflik sekaligus penyelesaiannya.

2. Ketahui target audiens

Langkah selanjutnya adalah mengetahui target audiens atau pembaca. Hal ini akan membantu kita untuk menyesuaikan gaya penulisan, masalah, dan topik yang diangkat sehingga hasil tulisan tidak salah sasaran.

Selain itu, kita juga harus melakukan riset karena situasi dan kondisi zaman selalu berubah. Contohnya, bila kita ingin menulis untuk kalangan remaja, kita harus mengetahui keresahan mereka di masa sekarang.

Kita tentu tidak bisa menyamakan kisah cinta "Dilan dan Milea" (2020) dengan "Romeo and Juliet" (1597) yang ditulis Shakespeare di abad ke-16.

3. Minta pendapat dan kritik dari orang lain

Agar tulisan lebih bagus, kita juga bisa mengikuti seminar atau komunitas menulis untuk mendapat umpan balik. Kita juga bisa mengikuti kelas penulisan yang diadakan oleh penerbit atau datang ke acara yang diusung penulis.

Biasanya, mereka akan memaparkan masalah-masalah pada proses kreatif. Di sana, kita juga bisa bertanya dan mendapat tips-tips berharga.

4. Premis sebagai inspirasi menulis

Apabila mengalami kesulitan menulis, kita bisa mencari premis-premis yang sekiranya tepat dan menginspirasi. Tanpa disadari kita bisa menggunakan lingkungan sekitar sebagai premis cerita.

Jangan sampai kita terlalu sibuk dengan imajinasi, kemudian luput dengan apa yang sedang terjadi di sekeliling kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com