Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Aris, Penyandang Tunanetra dan Lulusan Unpam Jadi Programmer

Kompas.com - 03/08/2022, 18:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Penyandang disabilitas masih dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Dengan keterbatasan yang dimiliki, Penyandang disabilitas dianggap tidak mampu melakukan kegiatan seperti non disabilitas.

Padahal, penyandang disabilitas juga manusia biasa yang juga memiliki potensi untuk berkembang.

Baca juga: Sosok Michael Agung, Lulus Kuliah dari ITB dengan Nilai IPK 3,99

Hal ini yang dirasakan penyandang disabilitas tunanetra Aris Yohanes Elean.

Pria kelahiran pemalang ini, tak menyerah hadapi rintangan untuk manggapai cita-cita menjadi programer.

Dia pun bercerita, kesukaan mengotak-atik bahasa pemrograman ini berawal saat dirinya mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Dasar pada tahun 1996.

Di sekolah itu, terdapat komputer khusus yang memiliki fitur pemrogaman.

"Karena ada situ program di situ, saya bisa bikin yang baru dari hal belum ada. Mulai dari itu saya senang sekali. Sehingga saya mulai sendiri komputer yang biasa, penasaran kepada komputer yang biasa. Ternyata saya cepat memahami, saya tanya-tanya teman yang terlebih dahulu menggunakan," ucap dia dalam keterangannya, Rabu (3/8/2022).

Dengan minat itu, pria yang pernah menjadi pengajar komputer bicara bagi tunanetra ini mengikuti program dari Yayasan Mitra Netra yang saat itu masih di wilayah SLB tersebut.

Meskipun begitu, Aris mengaku lebih sering mempelajari secara otodidak bahasa pemrograman.

Menurut dia, saat ini tuna netra tidak hanya bisa menggunakan komputer khusus, seiring perkembangan zaman dan teknologi penyandang tunanetra bisa menggunakan komputer biasa.

"Jadi Yayasan Mitra Netra, memang waktu itu gedung lama Mitra Netra satu gedung dengan sekolah saya SD, jadi otomatis karena satu lokasi, ya saya berkunjung ke Mitra Netra mengikuti program mereka, berbagai macam. Cuma saya lebih banyak otodidaknya yang saya ikuti ngetik 10 jari," tutur dia.

Baca juga: Kasus Meme Stupa Roy Suryo, Pakar Unair: Kebebasan Berekspresi yang Lewat Batas

Mahasiswa lulusan Universitas Pamulang (Unpam)

Karena bertekad untuk menjadi programer, selepas sekolah menengah atas tahun 2007, pembuat situs karya tunanetra ini ingin melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan Teknik Informatika (TI).

Akan tetapi, tekad Aris tidak berjalan mulus, pasalnya pada saat itu, belum ada Universitas yang membuka pendaftaran khusus jurusan TI untuk tunanetra.

Selama satu dekade pada 2017, tekad Aris menemukan titik cerah.

Salah satu Universitas di Tangerang Selatan (Tangsel) membuka pendaftaran jurusan TI kepada penyandang tunanetra.

Adanya harapan itu, Aris langsung mendaftar dan mendapatkan beasiswa dari Unpam.

Selama 5 tahun menggeluti perkuliah IT, akhirnya Aris telah mencapai cita-citanya untuk menjadi sarjana dan menguasai bahasa pemrograman, seperti masyarakat normal.

"Jadi apapun kita mungkin tinggal kemauan, ada kemauan di situ ada jalan, bagi kami tunanetra, ada kemauan tapi kebanyakan tidak jalan, apalagi dengan kemajuan teknologi semuanya terbantu," pesan salah satu pembuat software Massa ini.

Keberhasilan Aris mengenyam pendidikan tinggi di bidang TI ini tidak lepas dari usaha sukarelawan dari Perusahaan IT Multinasional untuk membuka kelas pemrograman untuk tunanetra yang digagas Pandu Sastrowardoyo bersama Eno Retno Wulansari.

Eno Menjelaskan, perusahaan IT Multinasional memberikan dukungan infrastruktur jalannya kelas mulai dari laptop, software hingga dosen-dosen yang mengajarkan bahasa pemrograman untuk aris dan dua penyandan tunanetra lainnya.

"Jadi, memahami kampus kaum marginal. Dan sudah mempunyai modul softcopy material, sehingga saya berpikir cocok untuk teman-teman tunantetra, mereka bisa mengakses file materi kuliah sebelum perkuliahan di kelas, serta menyakinkan para dosen untuk berproses bersama. Alhamdulillah, sudah lulus 1 tunanetra jurusan IT, menyusul Agustus ini 1 lagi jurusan IT, Sugiyo," ucap dia.

Pandu Sastrowardoyo melihat, kemampuan tunanetra tidak kalah, bahkan bisa lebih konsentrasi dan teliti dibanding programmer biasa.

Baca juga: Kisah Haru Ibu Wakili Wisuda S1 di Unesa karena Anaknya Telah Tiada

"Karena itu saya dan rekan-rekan terinspirasi untuk menginisasi program IBM untuk membantu tunanetra belajar programming dan mengakses buku braille digital," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com