Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haru Ibu Wakili Wisuda S1 di Unesa karena Anaknya Telah Tiada

Kompas.com - 29/07/2022, 09:59 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Suasana wisuda sesi tiga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendadak hening pada Kamis (28/7/2022).

Endang Sulistyowati melangkah naik panggung dengan wajah haru.

Baca juga: Tambah 13, Kini Unpad Miliki 200 Guru Besar

Endang berusaha tegar untuk hadir mewakili putra pertamanya wisuda, Mochammad Fathurrizqi yang meninggal dunia pada (27/2/2022) karena sakit.

Endang tak kuasa menahan air mata saat menerima ijazah anaknya yang diserahkan langsung Rektor Unesa Prof. Nurhasan di Graha UNESA, Kampus Lidah Wetan, Surabaya.

Anaknya, Mochammad Faturrizqi merupakan lulusan Prodi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan berhasil menyelesaikan studinya dengan baik.

Mewakili lembaga, Ketua Senat Unesa Prof. Haris Supratno menyampaikan dukacita yang mendalam.

Dia mengapresiasi perjuangan Fathurrizqi yang menyelesaikan studinya.

Tentu perjuangannya ini, kata dia, adalah untuk membanggakan kedua orangtuanya.

Dia berharap, perjuangan itu bisa menjadi contoh bagi mahasiswa yang lain.

"Ini harus jadi contoh. Dibalik perjuangan kuliah mahasiswa, ada harapan besar orangtua. Sekali lagi, apresiasi yang sebesar-besarnya untuk mendiang Mochammad Fathurrizqi. Juga untuk orangtuanya yang hebat," ucap Prof. Haris seperti melansir laman Unesa, Jumat (29/7/2022).

Pada kesempatan itu, jajaran senat, ribuan wisudawan plus pendamping dan tamu undangan sejenak berdoa bersama untuk mendiang Fathurrizqi.

Baca juga: 5 Ciri Obat Palsu dari Pakar Farmasi UGM

"Semoga almarhum diterima di sisi sang maha Pencipta dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan," ungkap Prof. Haris.

Endang menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran yang telah menerima dan mendidik anaknya hingga bisa jadi sarjana, meski tak bisa sampai menghadiri acara wisuda bersamanya.

Mendiang Fathurrizqi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Setelah kuliah bercita-cita ingin menjadi ASN (guru) di Nganjuk.

"Dia tidak mau kerja jauh-jauh dari kami (orangtua), dia sempat bilang akan selalu di samping saya dan bapaknya sampai akhir hayat," ujar Endang dengan haru.

Anaknya merupakan pribadi yang senang membantu sesama. Bahkan dalam kondisi sakitpun masih berkenan membantu teman-temannya menyelesaikan karya ilmiah.

Selain itu juga aktif bermedia sosial dan ikut bela diri Jujitsu.

Anaknya pun gemar membuat konten untuk kanal YouTubenya yang sudah mencapai 1,4 ribu subscriber.

Baca juga: Hindari Minum Teh Setelah Makan, Dosen UM Surabaya: Ini 3 Bahayanya

"Sakitnya mulai terasa saat mengurus yudisium. Sudah transfusi darah. Namun, takdir berkata lain. Semoga anak kami tenang bersama Sang Khalik. Almarhum memang telah tiada. Namun, kenangan, kebaikan dan perjuangannya masih bersama kami. Doa kami selalu menyertainya di sana," keluh Endang sambil mengusap air mata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com