Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Drs. I Ketut  Suweca, M.Si
PNS dan Dosen Ilmu Komunikasi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pencinta dunia literasi

Perpustakaan Sekolah, Apa yang Penting untuk Dibenahi?

Kompas.com - 23/05/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMAKIN jauh berjalan, semakin banyak yang dilihat. Demikian kata pepatah. Dan, penulis sudah melakukan perjalanan mengunjungi sejumlah perpustakaan, baik perpustakaan desa, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan milik masyarakat yang dikelola secara pribadi atau yayasan.

Perpustakaan sekolah

Dari perjalanan melihat, lebih tepatnya mengamati perpustakaan-perpustakaan tersebut, apa saja yang bisa penulis pelajari? Dan, apa pula yang bisa saya catat sebagai bahan masukan untuk pembenahan?

Pada kesempatan kali ini, kita tidak akan membahas semua jenis perpustakaan karena kalau semua ditulis di sini akan membutuhkan tulisan yang panjang. Bisa jadi akan membosankan pembaca.

Penulis hanya akan mengangkat hasil pengamatan terhadap keberadaan perpustakaan sekolah, khususnya perpustakaan SD dan SMP.

Pembahasan ini mudah-mudahan bisa sedikit menjawab pertanyaan, bagaimana kiat memajukan perpustakaan sekolah, khususnya SD dan SMP.

Untuk bisa menjadi perpustakaan yang maju, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari kepala sekolah dan kepala perpustakaan dan jajarannya. Apakah itu?

Pertama, pentingnya sumber daya manusia.

Sumber daya manusia perpustakaan adalah faktor penentu maju-mundurnya perpustakaan. Dengan kata lain, kemajuan perpustakaan banyak ditentukan oleh faktor manusianya.

Siapa yang dimaksud dalam hal ini? Pertama adalah kepala sekolah setempat. Pertanyaannya, apakah kepala sekolah memiliki komitmen untuk memajukan perpustakaan sekolahnya?

Jika kepala sekolah benar-benar memahami arti penting kehadiran perpustakaan, niscaya ia akan memberi perhatian untuk memacu kemajuan perpustakaan sekolahnya dengan segala upaya dan inovasi.

Berikutnya, masih dalam kaitannya dengan sumber daya manusia, yang menentukan juga adalah pengelola perpustakaan.

Pertanyaannya, apakah pengelola memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola perpustakaan? Keahlian atau keterampilan mengelola perpustakaan sekolah sangatlah penting.

Selanjutnya, apakah pengelola memiliki kecintaan pada buku dan passion pada pekerjaannya?

Jika pengelola tidak mencintai buku dan pekerjaannya, bagaimana ia akan bekerja dan bergelut dengan seabreg buku di perpustakaan dan dengan sigap dan senang melayani pemustaka?

Diperlukan orang-orang yang benar-benar mencintai pekerjaan sebagai pustakawan atau pengelola perpustakaan.

Cinta akan menjadi bekal baginya untuk bekerja dengan penuh kebahagiaan dan ketulusan hati.

Para pengelola perpustakaan seyogianya memahami dan merasakan bahwa tugasnya sangatlah mulia.

Mulia? Ya, benar! Betapa tidak, merekalah yang melayani para pemustaka dalam memenuhi kebutuhan akan buku dari perpustakaan.

Para pengelola perpustakaan terlibat secara intensif dalam upaya pencerdasan anak-anak bangsa di sekolah melalui layanan yang diberikan.

Mereka ikut berkontribusi atas lahirnya siswa yang cerdas berkat rajin membaca, yang kemudian menjadi generasi berprestasi bahkan mengharumkan nama sekolah.

Kedua, sarana dan prasarana perpustakaan.

Saya mengamati, tidak semua sekolah memiliki gedung atau ruangan khusus untuk perpustakaan.

Memang ada yang sudah mempunyai gedung perpustakaan tersendiri. Ada pula yang menggunakan ruangan untuk dijadikan ruang perpustakaan. Ada juga sekolah yang tidak memiliki salah satu dari keduanya.

Buku-bukunya pun hampir seluruhnya adalah buku paket atau buku pelajaran yang diletakkan atau digabung di ruang guru atau di gudang, misalnya.

Yang penulis sebutkan terakhir inilah yang memprihatinkan. Dalam kasus ini, buku masih belum mendapatkan tempat yang layak, di samping jumlahnya yang sangat minim. Beberapa sekolah dasar, penulis perhatikan, masih ada yang seperti itu.

Ketiga, koleksi buku masih kurang.

Seperti penulis singgung di atas, beberapa perpustakaan di tingkat SD hampir tidak memiliki buku yang cukup memadai di luar buku pelajaran.

Kalau pun ada, jumlahnya masih terhitung puluhan atau ratusan saja. Belum sampai seribu judul.

Untuk menambah koleksi, diperlukan dana yang memadai. Salah satunya adalah dengan cara menyisihkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pengadaan buku.

Dengan dilandasi dengan ketentuan yang berlaku, sebagian dari dana BOS ini bisa dialokasikan untuk pembelian buku perpustakaan sehingga jumlah minimal seribu judul bisa tercapai.

Para siswa yang sudah menyelesaikan studi bisa diarahkan untuk menyumbang buku guna melengkapi koleksi perpustakaan sekolah.

Untuk mendapatkan akreditasi C, jumlah total seribu judul itu merupakan salah satu syarat yang mesti dipenuhi, termasuk di dalamnya koleksi e-book (buku digital) kalau sudah tersedia.

Keempat, pelayanan perpustakaan.

Perpustakaan sekolah adalah tempat belajar, tempat menimba ilmu terutama bagi para siswa di sekolah.

Oleh karena itu, di samping sarana dan prasarana yang memadai, pelayanan oleh petugas perpustakaan pun mesti baik.

Seharusnya, tidak boleh ada petugas perpustakaan yang sering mengeluh terhadap beban tugasnya, selalu menggerutu tentang ini-itu.

Kalau ada permasalahan hendaknya segera dilaporkan dan diselesaikan dengan kepala sekolah setempat.

Petugas perpustakaan masa kini dan nanti mesti ramah, murah senyum, dan benar-benar melayani. Ia harus sadar akan tugasnya sebagai pelayan di bidang perpustakaan.

Ia seyogianya senantiasa berpikir dan berusaha bagaimana caranya agar perpustakaan menjadi area yang nyaman bagi para pemustaka, entah siswa, para guru, dan lainnya.

Pengelola perpustakaan mesti ingat bahwa perpustakaan masa kini adalah juga tempat rekreasi sebagaimana diamanatkan oleh aturan.

Di sekitar perpustakaan ada taman yang sejuk, di perpustakan ada mini theater untuk tempat menonton video yang terkait dengan pendidikan.

Di perpustakaan juga perlu ada seperangkat komputer dengan dukungan wifi internet yang memiliki kekuatan dan jangkauan yang memadai, dan sebagainya.

Intinya, bagaimana membuat perpustakaan menjadi tempat yang menyenangkan dan nyaman bagi pemustaka. Untuk itu, inovasi atau pembaharuan secara berkelanjutan mesti terus dilakukan.

Kelima, melakukan promosi perpustakaan.

Perlukah perpustakaan sekolah dipromosikan? Mengapa tidak? Jika tidak dipromosikan, bagaimana warga sekolah mengetahui bahwa ada buku-buku baru, misalnya, yang sekarang menjadi koleksi perpustakaan?

Seperti apa kiprah perpustakaan? Promosi di sini dimaksudkan dalam arti luas.

Kegiatan-kegiatan literasi di sekolah juga merupakan bagian dari promosi. Kegiatan literasi itulah yang mendekatkan siswa dengan perpustakaan, misalnya dengan menyelenggarakan lomba-lomba yang relevan.

Apa misalnya? Contohnya, lomba membuat ringkasan buku dan lomba membuat resensi buku perpustakaan.

Boleh juga lomba menceritakan isi buku secara lisan, lomba membuat puisi, cerpen, lomba menulis surat, dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan.

Lomba-lomba semacam ini bisa dikaitkan dengan bulan bahasa, hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan, hari pendidikan nasional, dan lainnya.

Lomba ini bisa dikerjasama dengan pihak eksternal sekolah, termasuk dengan para sponsor yang memungkinkan membantu memberikan dukungan berupa hadiah kepada para pemenang lomba.

Ada baiknya juga setiap sekolah menetapkan duta literasi yang diambil dari para siswa. Yang dipilih adalah siswa yang memang gemar membaca dan berprestasi di sekolah.

Bisa dipilih dari siswa kelas 5 dan kelas 6 untuk SD, serta kelas 8 dan kelas 9 untuk SMP.

Merekalah yang ditugaskan membantu sekolah untuk mengajak teman-teman dan adik-adik kelasnya agar rajin membaca, termasuk untuk datang ke perpustakaan.

Semua kegiatan itu hendaknya dipublikasikan melalui website sekolah. Pada umumnya setiap sekolah sudah memiliki websitenya sendiri dan atau minimal media sosial seperti Facebook.

Dengan publikasi itu, seluruh warga sekolah akan tahu apa yang menjadi kegiatan yang terkait dengan literasi dan perpustakaan, demikian pula masyarakat pada umumnya.

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membenahi perpustakaan sekolah.

Hendaknya menjadi dasar pijak kita bersama bahwa di mana keberadaan perpustakaan sekolah diperhatikan dan kegemaran membaca selalu dipupuk, di situ akan tumbuh anak-anak didik yang cerdas, berprestasi, dan mampu mengharumkan nama sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com