Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unair Ceritakan Bedanya Perayaan Lebaran di Jerman dan Indonesia

Kompas.com - 18/05/2022, 10:51 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tradisi Lebaran di Indonesia memiliki keunikan di masing-masing daerah. Bahkan keunikan tersebut tidak ditemukan di negara lain.

Karena tradisi Lebaran yang sudah dilakukan sejak nenek moyang ini membuat momen Lebaran sangat dirindukan khususnya bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang berada di luar negeri.

Sama halnya yang dirasakan Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Ilham Akhsanu Ridlo. Idul Fitri tahun 2022 ini, ia bersama keluarganya merayakan Lebaran di Jerman.

Saat ini Ilham sedang menempuh pendidikan S3 Fakultas Ilmu Sosial di Ludwig-Maximilians-Universität (LMU) München, Jerman.

Baca juga: Kisah Atlet Difabel, Berjuang Ikuti UTBK SBMPTN 2022 di Unnes

Sedang menempuh S3, rayakan Idul Fitri di Jerman

Sedangkan istrinya yang juga merupakan dosen Psikologi Unair, Rizqy Amelia Zein menempuh pendidikan juga di Fakultas Psikologi LMU.

Tahun ini adalah kali pertama mereka merasakan Lebaran di Jerman. Ilham mengungkapkan, tidak ada perayaan khusus Lebaran yang ada di Jerman.

"Sebagian umat Muslim bahkan kembali beraktivitas seperti biasa setelah salat Idul Fitri," tutur Ilham seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (17/5/2022).

Ilham mengaku, mereka tetap saling berkumpul dan bermaaf-maafan. Karena kebetulan di Munchen ini terdapat komunitas Muslim-Indonesia (PM3).

"Kami mengadakan acara makan bersama dengan masakan-masakan khas Indonesia," beber Ilham.

Baca juga: Pengamat UGM Komentari Penyesuaian Tarif Listrik Progresif

Bersama istri dan dua anaknya, Ilham juga masih melaksanakan sebagian kecil tradisi berlebaran ala Indonesia. Seperti memasak menu khas Lebaran yakni opor ayam dan lontong, serta membuat nastar.

Merasakan perbedaan sejak awal Ramadan

Dari awal Ramadan, lanjut Ilham, dia sudah banyak menemui perbedaan dengan nuansa Ramadan di Indonesia. Salah satu yang paling menonjol dan paling umum adalah durasi berpuasa.

"Jika di Indonesia hanya 12 jam, maka di Jerman kami berpuasa selama 14 jam," paparnya.

Selain durasi berpuasa, waktu salat juga berbeda dengan Indonesia. Ketika rata-rata waktu salat Maghrib di Indonesia terjadi pada pukul 18.00, maka di Jerman berkisar pada pukul 20.00.

"Sedangkan waktu salat Isya juga lebih malam, yakni pukul 22.00," tutur Ilham.

Jadwal salat pada jam-jam tersebut membuat waktu beristirahat menjadi lebih sebentar. Terlebih pada bulan Ramadan, ketika umat Muslim harus melaksanakan sahur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com