Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/05/2022, 11:03 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu alumnus Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin (Unhas), Qonita Kurnia Anjani membawa nama baik almamater.

Pasalnya, di usia 25 tahun Qonita berhasil meraih gelar doktor di Queen’s University Belfast, Irlandia Utara. Ia memang tertarik dengan pengembangan obat-obatan sejak semester satu di Unhas.

Melansir laman resmi Unhas, Kamis (12/5/2022), Qonita sudah lama tertarik dengan dunia obat-obatan.

Baca juga: Calon Mahasiswa, Ini Lho Perbedaan Jurusan Geomatika dan Geofisika

Ia kemudian mulai menekuni bidang penelitian tentang teknologi penghantaran obat, khususnya teknologi yang memungkinkan obat bisa masuk ke dalam kulit.

Sejak itu, dirinya aktif mengikuti berbagai perlombaan yang berhubungan dengan penelitian di bidang farmasi.

Dituangkan di skripsi

Adapun ketertarikannya tersebut kemudian dituangkan dalam skripsi yang membahas tentang gel. Belakangan ia tahu, ternyata di luar negeri sudah dikembangkan teknologi serupa yang lebih praktis, yaitu microneedle.

"Bentuknya seperti patch yang dilengkapi dengan jarum-jarum mikro, yang dapat menghantarkan obat tanpa darah dan rasa sakit," ujarnya dikutip dari laman Unhas.

Ia awalnya terdaftar memperoleh beasiswa sebagai mahasiswa S2 di Queen’s University Belfast, dengan masa studi dua tahun.

Baca juga: Buruh Ini Tak Menyangka, Dua Putrinya Bisa Kuliah Gratis di UNY

Usai, melewati tahap initial review (evaluasi progres penelitian tiga bulan pertama), dosen pembimbing di Queen’s University Belfast melihat potensi penelitian yang ia garap, sehingga ia pun didorong melanjutkan penelitian S3.

Pertimbangannya, penelitian yang Qonita lakukan memenuhi standar untuk program Ph.D.

"Sempat menolak waktu itu, apalagi mengingat beasiswa yang saya terima hanya untuk masa dua tahun, sedangkan untuk studi Ph.D membutuhkan waktu normal minimal 3 tahun," tuturnya.

"Saya cukup dilematis, karena merasa tidak mampu termasuk untuk bertahan hidup di luar negeri, dengan tambahan satu tahun tanpa bantuan beasiswa," imbuh Qonita.

Akan tetapi, setelah melewati berbagai pertimbangan, Qonita akhirnya memilih untuk kembali melanjutkan pendidikan doktor dengan sisa waktu yang ada.

Tips kuliah di luar negeri

Dalam pendidikan doktornya, penelitian yang diambil berjudul “Development of Antibiotic Microneedle Delivery Systems for Tuberculosis Treatment”.

Dijelaskan bahwa penelitian ini berfokus pada pengembangan teknologi microneedle patch untuk obat-obatan tuberkulosis.

"Saat itu saya benar-benar mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk mengejar tenggat waktu yang tersedia. Alhamdulillah, saya dapat selesai dalam waktu dua tahun tiga bulan," jelas Qonita.

Baca juga: Pesawat Haerul bersama FT Unhas Tak Lama Lagi Segera Diterbangkan

Ternyata, ada tips bagi dirinya saat menjalani kuliah di luar negeri. Yakni sangat penting untuk mendapatkan dukungan dan lingkungan yang baik.

Tidak hanya itu saja, berdoa dan berusaha semaksimal mungkin serta mengetahui minat bakat diri yang dimiliki melalui berbagai proses dan pengalaman juga penting bagi dirinya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com