Lebih jauh Prof. Fasli menjelaskan bidang kesehatan setidaknya bersinggungan dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) atau SDG's di antaranya;
Megutip data AI Health Center, Prof. Fasli mengungkapkan, "AI diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 15 triliun dolar dan dampak terbesar kecerdasan buatan akan berada di bidang kesehatan."
Peran AI dalam bidang kesehatan, lanjut Rektor Yarsi, digunakan mulai dari pengembangan alogaritma yang kompleks, mengelola data lanjutan, akurasi dalam diagnosis, deteksi dini, memantau dan pelayanan pasien, bantuan medis tingkat lanjut, dan bahkan untuk pengambilan keputusan.
Dengan efisiensi penggunaan AI ini, tegas Prof. Fasli, diharapkan para tenaga medis dapat lebih fokus dalam memberikan pelayanan berkualitas terhadap pasien dan waktu penyembuhan dapat menjadi lebih singkat.
Lebih jauh, Rektor Yarsi mengungkapkan saat ini pihaknya telah mengintegrasikan dan mengembangkan teknologi AI dalam berbagai bidang di antaranya; diagnosa kanker serviks (fakultas kesehatan dan informatika) dan analisa mahadata (big data) secara real time (fakultas teknik informatika).
Baca juga: Tujuan Ditjen Dikti Ristek Luncurkan AI Center dan 4 Aplikasi
Dalam kesempatan sama, Chandra Prasetyo Utomo, Head of E-Health Research Center Yarsi mengungkapkan Yarsi menjalin dengan berbagai pihak dalam pengembangan riset AI, di antaranya; University of Queensland (Australia) dan University of Illinois Chicago (Amerika).
Tidak hanya itu, beberapa riset Universitas Yarsi terkait kecerdasan buatan (AI) mendapat hibah dari Dikti sebesar Rp 2,9 milyar meliputi penerapan AI untuk diagnosa kesehatan gigi dan mulut, pemrosesan citra X-Ray, pembelajaran penyakit Karies Gigi berbasis mobile, kemandirian kesehatan, hingga screening pendeteksian Osteoporosis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.