Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar ITB Beberkan Alasan Kenapa Tikus Jadi Bahan Percobaan

Kompas.com - 02/04/2022, 18:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini, di banyak penelitian selalu menggunakan tikus sebagai hewan percobaan. Kenapa tikus jadi bahan percobaan?

Dosen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) dari Kelompok Keahlian Biokimia, Dr. rer. nat. Fifi Fitriyah Masduki, S.Si., M.Sc., memberikan penjelasan.

Dr. Fifi menjelaskan tentang model dalam penelitian biokimia yang seringkali melibatkan tikus.

Baca juga: Mahasiswa UB Inovasi Antibiotik Alternatif dari Tanaman Ini

"Tikus memiliki banyak fungsi anatomi yang mirip dengan yang dimiliki manusia," ujarnya seperti dikutip dari laman ITB, Jumat (1/4/2022).

Anatomi dan genom mirip manusia

Menurut dia, selain mirip secara anatomi, genom tikus dan manusia juga seringkali mirip.

Ia juga menjelaskan bahwa sepanjang sejarah, tikus sudah sangat sering terlibat sebagai animal model untuk penelitian di berbagai universitas di dunia.

Bahkan, banyak dari peneliti yang mendapat Nobel Prize melibatkan tikus pada penelitiannya sebagai animal model.

Kini telah banyak perusahaan yang menyediakan budidaya tikus transgenik. Berbagai informasi terkait tikus transgenik yang dapat dipakai untuk mempelajari riset-riset terkait penyakit yang menyebar di manusia juga telah beredar luas di internet.

Baca juga: Itera Inovasi Mobil Berbahan Bakar Minyak Sawit Murni

Banyak penelitian terkait malaria

Salah satu bentuk penelitian terkait penyakit manusia yang memanfaatkan animal model berupa tikus adalah penelitian terkait penyakit malaria.

Spesies parasit yang paling banyak menginfeksi manusia melalui penyakit malaria adalah vivax dan falciparum.

Adapun bahaya dari spesies falciparum ini merupakan kecepatannya untuk berkembang biak dan menyebar ke berbagai organ tubuh manusia seperti otak melalui peredaran darah.

"Dampak terparah dari penyebarannya adalah menyebabkan koma terhadap manusia," jelas Dr. Fifi.

Sementara itu, spesies vivax menginfeksi sel darah merah yang masih berkembang atau yang bisa disebut retikulosit.

Berbagai hipotesis terkait identifikasi parasit yang terlibat dalam penyakit malaria dapat dikonfirmasi melalui penelitian menggunakan mouse model.

Hasil dari penelitian ini, tercipta target obat baru untuk malaria yaitu SUB1 dan DPAP3 yang esensial untuk kehidupan falciparum.

Baca juga: Minyak Telon Inovasi Alumnus UGM Raih Rekor MURI

Sedang untuk menguji SUB1 dan DPAP3, digunakan mouse model NMRI untuk diteliti. Penelitian ini juga dibantu oleh Genome Database Plasmodium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com