Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi SPAH Berhasil Ubah Air Hujan Menjadi Air Minum

Kompas.com - 13/03/2022, 11:25 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Krisis air bersih menjadi salah satu masalah yang dihadapi masyarakat pesisir di kota besar. Pemenuhan air bersih menjadi tantangan utama karena kondisi lingkungan mulai terdegradasi.

Selaras dengan arah pembangunan nasional dan untuk menjawab tantangan tersebut, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) melakukan riset terhadap pemanfaatan air hujan.

Tim SIL UI yang diketuai oleh Dr. Hayati Sari Hasibuan menerapkan teknologi Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) sebagai upaya pemenuhan air bersih dan teknologi elektrolisis yang mengubah air bersih dari SPAH menjadi air layak minum.

SPAH merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai sumber suplai air bersih.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Riset ini merupakan flagship dan mendapatkan pendanaan dalam program Prioritas Riset Nasional (PRN) di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Melalui program ini UI turut serta dalam pencapaian SDGs 6 “clean water and sanitation for all”.

SPAH juga dapat dilakukan secara individu

SPAH, papar Sari, dipilih sebagai upaya pemenuhan air bersih karena dapat dilakukan dengan mudah menggunakan bahan dan alat yang terjangkau.

Alat dan bahan yang digunakan secara komunal meliputi tangki air atau tandon 2000 L, pipa, talang, stop kran, bola plastic, serta dakron atau kertas penyaring.

SPAH juga dapat dilakukan secara individu dalam skala rumah tangga dengan menggunakan alat dan bahan sederhana, seperti galon air minum ataupun ember sebagai wadah penampung air hujan.

Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak

“Dalam proses memanen air hujan, kebersihan tandon perlu diperhatikan. Jika melewati musim kemarau, harus dilakukan pembuangan air pertama selama 15–20 menit untuk membersihkan saluran pipa dari kotoran di atas atap. Jika curah hujan sedikit, pengguna harus membersihkan atap dan mengecek kondisi dakron. Pemeliharaan dan perawatan SPAH ini dilakukan secara berkala bergantung pada musim hujan,” kata Sari seperti dilansir dari laman UI.

Teknologi SPAH sendiri meliputi tempat menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa.

Area penangkapan air hujan (collection area) dan bahan yang digunakan memengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan.

Bahan-bahan yang digunakan untuk menangkap air hujan harus aman dan mampu menjaga kualitas air hujan. Umumnya, bahan yang digunakan anti karat, seperti alumunium, besi galvanis, beton, atau fiberglass shingles.

Kurangi risiko banjir hingga upaya kurangi stunting

Sari menjelaskan bahwa air hujan meminimalisasi dampak lingkungan karena penggunaan instrumen seperti atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain dapat menghemat pengadaan instrumen baru.

Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini

“Dengan meresapkan kelebihan air hujan ke tanah, volume banjir di jalan-jalan perkotaan dapat berkurang. Selain itu, air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air bersih. Ini bisa menjadi cadangan air bersih apabila terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama saat terjadi bencana alam," paparnya.

Air hujan, lanjut dia, merupakan sumber air yang sangat penting, terutama di daerah dengan kondisi tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah, serta tidak tersedia air tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com