Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unhas Kembali Kukuhkan 2 Guru Besar Baru

Kompas.com - 18/01/2022, 20:36 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali mengukuhkan dua guru besar baru.

Kedua guru besar yang baru dikukuhkan adalah Prof. Subehan dari Bidang Ilmu Fitokimia dan Prof. Latifah Rahman dari Bidang ilmu Teknologi Farmasi.

Baca juga: Viral Sesajen Ditendang, Ini Tanggapan Pakar UGM

Prof. Subhen dan dan Prof. Latifah Rahman merupakan guru besar ke-437 dan 438.

Proses pengukuhan dihadiri Rektor Unhas, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Profesor, tamu undangan, dan keluarga besar dari dua profesor yang dikukuhkan pada Selasa (18/1/2022).

Rektor Unhas, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan, dengan bertambahnya dua guru besar tersebut, diharapkan Fakultas Farmasi akan semakin unggul dan berkontribusi dalam dunia kefarmasian.

"Selain itu, bisa menjadi wadah menghasilkan apoteker berkualitas dan mempunyai peran dalam peningkatan kesehatan Indonesia khususnya dalam dunia obat-obatan," ucap dia melansir laman Unhas.

Dia menyebut, farmasi merupakan salah satu fakultas muda di Unhas, tapi memiliki prestasi unggul.

"Di fakultas itu berkumpul para akademisi peneliti dengan semangat riset luar biasa, terlihat dari hibah yang berhasil mereka dapatkan. Sumber daya Fakultas Farmasi sangat kompak, terlihat dari berbagai amanah yang diberikan dapat terlaksana secara baik," ungkapnya.

Saat pengukuhan, Prof. Subehan menjelaskan tentang "Obat Tradisional Indonesia: Tantangan dalam Penemuan Obat Baru dari Bahan Obat Alam".

Dia mengatakan, penggunaan obat dari bahan alam di Indonesia yang didasarkan hanya pada pengalaman empiris, menjadikan obat tradisional hanya tren pada masyarakat di daerah yang sentuhan modernisasinya masih kurang.

Penggunaan secara empiris menjadi salah satu tantangan para peneliti untuk membuktikan secara ilmiah melalui proses saintifikasi.

Baca juga: 15 Universitas Terbaik Indonesia Versi Webometrics 2022, 5 dari PTS

Optimisme dalam penemuan obat baru yang bersumber dari bahan alam di Indonesia sangat besar.

Prof. Subehan mengatakan beberapa senyawa telah digunakan untuk pengobatan kanker yang bersumber dari bahan alam, seperti vincristine dari catharantus roseus.

Di antara obat-obatan yang digunakan untuk penyakit kanker antara tahun 1940 dan 2002 menunjukkan sekitar 69 persen bersumber dari bahan alam.

Prof. Subehan menuturkan potensi kekayaan alam Indonesia sangat besar dan telah dimanfaatkan sejak lama untuk pengobatan secara tradisional yang terbukti secara empiris.

Ini merupakan sumber dalam penemuan obat baru untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan.

"Pembuktian secara ilmiah akan khasiat, keamanan dan pengembangannya masih perlu digali dan menjadi tantangan para peneliti agar mampu diterima oleh masyarakat modern dan sistem pelayanan kesehatan modern," sebut dia.

Sementara Prof. Latifah Rahman menjelaskan tentang "Peranan Teknologi Farmasi Drug Delivery System dalam Memperbaiki Kualitas Produk Obat Herbal di Indonesia".

Dia menjelaskan, sistem penghantaran obat atau Drug Delivery System (DDS) merupakan suatu pendekatan teknologi penghantaran obat yang banyak diterapkan untuk menjamin kualitas biofarmasetika suatu zat berkhasiat.

Sistem ini telah banyak dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan farmasetika suatu zat bioaktif. Namun, sistem ini belum banyak diadopsi untuk produk herbal.

Prof. Latifah melanjutkan, penggunaan obat herbal untuk mengobati berbagai penyakit bukan hal yang baru.

Keyakinan masyarakat bahwa produk alami jauh lebih aman daripada obat sintetik yang berdampak langsung terhadap permintaan pasar.

Baca juga: Unhas Tambah 25 Guru Besar Baru di Sepanjang 2021

"Pada mulanya pengembangan obat herbal tidak begitu dipertimbangkan, karena kurangnya data dan informasi ilmiah terkait standarisasi, ekstraksi dan identifikasi komponen obat. Akan tetapi, penelitian bidang fitofarmaka dapat mengatasi kebutuhan ilmiah tersebut yang tidak terbatas pada farmakokinetik, mekanisme aksi dan dosis efektif," tukas Guru Besar Latief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com