Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Inspiratif "Titik Balik" 7 Pegiat Pendidikan yang Memanusiakan

Kompas.com - 24/12/2021, 10:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Ia mengaku bahwa kalimat tersebut menamparnya dan harinya serasa dicabik-cabik. Ia menyadari telah berdosa karena mematikan nasib anak-anaknya karena telah mengeluarkannya dari sekolah.

Sebagai seorang suster, ia kemudian bertobat dan lebih memberikan kesempatan pada semua model siswa untuk menemukan dirinya.

Langkah untuk mengeluarkan siswanya tidak lagi dipilih, melainkan menciptakan ekosistem yang memberikan ruang bagi setiap siswa berkembang secara positif.

Pariaman Saragih, Widyaiswara Balai Besar Medan

Titik balik juga dirasakan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi juga birokrasi, seperti yang dialami Pariaman Saragih, Widyaiswara Balai Besar dari Medan.

Titik baliknya ia rasakan ketika sadar bahwa anaknya tertekan karena tumpukan tugas di sekolahnya.

Awalnya, ia tidak langsung percaya dengan GSM karena sudah terlampau banyak program yang mengatasnamakan kebutuhan siswa.

Kini ia adalah orang terdepan yang mensosialisasikan dan mampu mengajak ratusan SMK di bawah binaannya untuk kembali pada nilai-nilai yang memanusiakan pendidikan, tanpa program bahkan dukungan anggaran balai besar yang bersangkutan.

Baca juga: PTM Terbatas, Nadiem Makarim: Langkah Pulihkan Pendidikan Indonesia

Diyarko, Guru SMKN 11 Semarang

Diyarko, guru di SMKN 11 Semarang menyadari bahwa dirinya yang dulu adalah guru yang membosankan sampai-sampai ia seringkali tertidur di kelas saat ia jam mengajar. Ia sadar bahwa orientasinya sebagai guru dulu hanya memberi materi dan tugas kepada siswa.

Namun, setelah mengenal tentang arti pendidikan yang menuntun kodrat, ia mencoba pendekatan baru pada siswanya, yaitu lebih memfasilitasi dan mendengarkan kebutuhan siswa dengan penuh empati.

Di luar ekspektasiDiyarko mendapat hadiah terbaik ketika anak didiknya mendapat penghargaan illustrator terbaik dan termuda dalam ajang kompetisi yang bersaing dengan orang-orang profesional.

Reny Reny Rustyawati, Gerakan Sekolah Menyenangkan

Cerita titik balik juga dirasakan anak muda, Reny Rustyawati dari Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Ia menyuarakan kritiknya terhadap dunia pendidikan berdasarkan pengalaman ia sebagai lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika.

Ia mengaku hal yang didapat selama di bangku kuliah tidak sinkron dengan apa yang terjadi di lapangan ketika ia menjadi seorang pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar.

Seharusnya, ilmu tentang memberikan feedback kepada siswa dan mengetahui karakteristik siswa didapatkan di bangku kuliah. Meskipun lulusan keguruan, Ia mengaku tidak tertarik untuk mengajar di sekolah karena tidak tertarik melihat realita ketika siswa dicekoki materi.

Siswa membutuhkan lebih dari itu. Pemikiran ini mengantarkannya untuk lanjut S2 di psikologi dan akhirnya menemui Gerakan Sekolah Menyenangkan. Ia sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan GSM.

Baca juga: Serius Tangani 3 Dosa Besar Dunia Pendidikan, Nadiem Bentuk Pokja

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com