Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Inspiratif "Titik Balik" 7 Pegiat Pendidikan yang Memanusiakan

Kompas.com - 24/12/2021, 10:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Festival Sekolah Menyenangkan dengan komunitas SMK di Yogyakarta pada 20 Desember 2021. Acara ini dihadiri Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto dan ratusan kepala sekolah serta guru SMK dari sekitar wilayah Jawa.

"Titik balik adalah sebuah momen penting dalam kehidupan seseorang, dalam hal ini pegiat guru, birokrat maupun anak muda, di Gerakan Sekolah Menyenangkan," ungkap Muhammad Nur Rizal, Founder GSM. 

"Mereka menemukan sebuah pencerahan melalui peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan membuat mereka bangkit dan berubah lebih baik dalam mengajar atau memimpin sekolah atau menggerakkan program pendidikan serta menginspirasi orang lain," jelas Rizal. 

Menurut Nur Rizal, tema “Titik Balik” dipilih sebagai pengingat bahwa pendidikan harus dikembalikan kepada yang menuntun kodrat. Bukan pendidikan yang selama ini terjadi, yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan kerja dengan proses mekanistik.

GSM meyakini perubahan pola pikir lebih utama daripada perubahan kebijakan. Operasionalisasi kebijakan membutuhkan manusia yang berpola pikir dan bermental baru yang selalu adaptif dengan perubahan apapun.

Tema titik balik ini tergambar sejak narasi pembuka cerita, hingga kisah dari masing-masing pembicara.

Anik Sudarwati, Guru SMKN 1 Panji Situbondo

Adapun kisah dari pemenang penghargaan Kepala Sekolah Inspiratif, Anik Sudarwati dari SMKN 1 Panji Situbondo.

“Dulu, saya adalah seorang guru yang kaku dan terbelenggu, takut melakukan hal yang tidak sesuai dengan SOP,” begitu kalimat awal untuk membuka ceritanya.

Anik merasakan telah terjadi transformasi diri pada dirinya sejak mengalami momen titik baliknya pertama kali, yaitu ketika mendapatkan “Bintang Kebaikan”, sebuah apresiasi sederhana yang selalu diberikan kepada peserta yang melakukan karakter-karakter positif.

Bintang Kebaikan diperoleh Anik sebagai peserta yang paling reflektif dan suka sharing.

Baca juga: Festival Titik Balik GSM dan Ditjen Vokasi Bangun Pendidikan yang Memerdekakan

Titik balik yang dialaminya dipercaya untuk dapat ditularkan kepada para pendidik lain. percaya bahwa jika pandangannya bisa diimplementasikan sejak pendidikan usia dini dan pendidikan dasar akan lebih baik dampaknya.

Anik sekarang berani menyebarkan GSM hingga ke TK-SD sampai ke kepala dinasnya sendiri.

Suster Agustina Bete Kiik, Kepala Sekolah SMKK Kusuma Atambua

Suster Agustina Bete Kiik, Kepala Sekolah SMK Katolik Kusuma Atambua, juga mengalami momen titik balik dalam hidupnya. Sebelumnya, ia mengakui bahwa dirinya sangat kaku pada aturan sekolah dan keras terhadap siswa.

Ia mengeluarkan siswinya yang hamil di luar nikah meskipun sebentar lagi akan lulus.

“Aturan adalah harga mati di sekolah saya, tetapi keyakinan saya digoyahkan oleh sebuah statement bahwa pendidikan seharusnya memanusiakan manusia.”

Ia mengaku bahwa kalimat tersebut menamparnya dan harinya serasa dicabik-cabik. Ia menyadari telah berdosa karena mematikan nasib anak-anaknya karena telah mengeluarkannya dari sekolah.

Sebagai seorang suster, ia kemudian bertobat dan lebih memberikan kesempatan pada semua model siswa untuk menemukan dirinya.

Langkah untuk mengeluarkan siswanya tidak lagi dipilih, melainkan menciptakan ekosistem yang memberikan ruang bagi setiap siswa berkembang secara positif.

Pariaman Saragih, Widyaiswara Balai Besar Medan

Titik balik juga dirasakan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi juga birokrasi, seperti yang dialami Pariaman Saragih, Widyaiswara Balai Besar dari Medan.

Titik baliknya ia rasakan ketika sadar bahwa anaknya tertekan karena tumpukan tugas di sekolahnya.

Awalnya, ia tidak langsung percaya dengan GSM karena sudah terlampau banyak program yang mengatasnamakan kebutuhan siswa.

Kini ia adalah orang terdepan yang mensosialisasikan dan mampu mengajak ratusan SMK di bawah binaannya untuk kembali pada nilai-nilai yang memanusiakan pendidikan, tanpa program bahkan dukungan anggaran balai besar yang bersangkutan.

Baca juga: PTM Terbatas, Nadiem Makarim: Langkah Pulihkan Pendidikan Indonesia

Diyarko, Guru SMKN 11 Semarang

Diyarko, guru di SMKN 11 Semarang menyadari bahwa dirinya yang dulu adalah guru yang membosankan sampai-sampai ia seringkali tertidur di kelas saat ia jam mengajar. Ia sadar bahwa orientasinya sebagai guru dulu hanya memberi materi dan tugas kepada siswa.

Namun, setelah mengenal tentang arti pendidikan yang menuntun kodrat, ia mencoba pendekatan baru pada siswanya, yaitu lebih memfasilitasi dan mendengarkan kebutuhan siswa dengan penuh empati.

Di luar ekspektasiDiyarko mendapat hadiah terbaik ketika anak didiknya mendapat penghargaan illustrator terbaik dan termuda dalam ajang kompetisi yang bersaing dengan orang-orang profesional.

Reny Reny Rustyawati, Gerakan Sekolah Menyenangkan

Cerita titik balik juga dirasakan anak muda, Reny Rustyawati dari Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Ia menyuarakan kritiknya terhadap dunia pendidikan berdasarkan pengalaman ia sebagai lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Matematika.

Ia mengaku hal yang didapat selama di bangku kuliah tidak sinkron dengan apa yang terjadi di lapangan ketika ia menjadi seorang pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar.

Seharusnya, ilmu tentang memberikan feedback kepada siswa dan mengetahui karakteristik siswa didapatkan di bangku kuliah. Meskipun lulusan keguruan, Ia mengaku tidak tertarik untuk mengajar di sekolah karena tidak tertarik melihat realita ketika siswa dicekoki materi.

Siswa membutuhkan lebih dari itu. Pemikiran ini mengantarkannya untuk lanjut S2 di psikologi dan akhirnya menemui Gerakan Sekolah Menyenangkan. Ia sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan GSM.

Baca juga: Serius Tangani 3 Dosa Besar Dunia Pendidikan, Nadiem Bentuk Pokja

Wikan Sakarinto, Dirjen Vokasi

Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi juga menyampaikan kisah titik baliknya.

Ketika awalnya beliau ke sekolah binaan GSM untuk membuat konten YouTube ketika Menteri Pendidikan Victoria Australia berkunjung, ia merasakan perbedaan di siswa dan gurunya yang lebih antusias dan bermotivasi tinggi.

Ia melihat siswa belajar di mana saja dan dengan berbagai macam metode. Dari pengalaman ini, ia ingin membawanya untuk dapat diadopsi bagi SMK di lingkungan Ditjen Pendidikan Vokasi.

Muhammad Nur Rizal, Pendiri GSM

Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal pun menceritakan tentang kisah titik baliknya melihat pendidikan yang mengindividualisasi passion dan potensi anak ketika anaknya sekolah di Australia.

Ia juga menceritakan tentang kilas balik gurunya di SD, yaitu Bu Juwariyah yang selalu memberikan kepercayaan ketika ia sangat nakal.Bermodal kepercayaan itu, akhirnya ia lahir menjadi seseorang dengan prestasi akademik tinggi.

Kedua pengalaman inilah yang mendorongnya mengalami titik balik dan membuat gerakan yang ingin memanusiakan kembali pendidikan agar pengalamannya dapat dirasakan oleh seluruh anak Indonesia

Di puncak acara, festival diakhiri dengan pemberian apresiasi kepada para “Pembuka Jalan”, yakni guru dan kepala sekolah yang sudah menemukan titik baliknya sejak awal bahkan ketika orang-orang yang disekitarnya masih belum meyakini akan nilai-nilai pendidikan yang memanusiakan.

Baca juga: Berantas Kekerasan di Lingkungan Pendidikan, Nadiem Makarim Bentuk Ini

 

Penghargaan ini diberikan kepada Ali (Guru SMKN 1 Jambu), Sujinarto, Slamet dan Diyarko, (Guru SMKN 11 Semarang), Farida (Kepala Sekolah SMKN 1 Pringapus), Lily, Shinta, Ninik dan Hatri (Guru dan Kepala Sekolah dari komunitas SD yang telah bertransformasi).

Apresiasi terhadap komunitas yang paling transformatif juga diberikan kepada Pariaman Saragi serta Rafles Ngilameme (Kepala Dinas Kabupaten Supiori). Apresiasi ini diberikan kepada mereka yang telah mampu menggerakkan komunitas di wilayahnya secara massif untuk implementasi nilai-nilai GSM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com