Sementara anggota lainnya, Khintan Maulin, menuturkan ubur-ubur merupakan salah satu makhluk hidup (animalia) dengan jumlah melimpah dan tersebar hampir seluruh di perairan Indonesia yang memiliki bentuk sederhana seperti payung dan tentakel.
Keunikan dan jumlah yang melimpah ubur-ubur menjadi daya tarik bagi peneliti di bidang biologi kelautan dan Ubur-Ubur memiliki nilai bioprospeksi cukup tinggi dalam penggalian informasi untuk dimanfaatkan di berbagai bidang seperti industri, pangan, dan terpentingnya di bidang kesehatan.
Di sisi lain, anggota kelima yakni Muhammad Rafli menambahkan riset ini dilakukan secara intensif di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM.
Serta Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler, Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi UGM, dan juga riset komputasi.
Riset ini dilakukan untuk menghasilkan nilai yang representatif dalam penghambatan ER-α secara molecular docking, di mana didapatkan nilai penambatan HADDOCK score dari protein venom Gamma-glutamyl Hydrolase sebesar -16,1, sedangkan untuk nilai RMSD sebesar 1,1 Angstrom.
Baca juga: Inovasi Mahasiswa UB, Tabebuya Pink Obati Kanker Rongga Mulut
“Hasil lain dari riset ini yaitu didapat kadar protein venom rerata sebesar 4,98 ppm. Hasil tersebut sangat berpotensi dalam penghambatan kanker payudara khususnya reseptor ER-α. Dengan hasil ini harapan ke depannya dari hasil tersebut agar pemanfaatan dan eksplorasi biota laut dapat diteliti kembali sehingga dapat mengatasi penyakit kanker payudara,” imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.