Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Sekolah Menyenangkan Perkuat Transformasi Pendidikan Akar Rumput

Kompas.com - 07/11/2021, 20:32 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Setelah 46 tahun berkecimpung menjadi guru dan kepala sekolah SD SMA dan SMK, ia tersadar bahwa hukuman yang menggunakan kekerasan seperti cubit, push up, dan sebagainya justru meninggalkan kesan jelek dari anak terhadap pendidikan dan sekolah.

“Mestinya kita memanusiakan manusia dan menganggap anak itu manusia, sekolah itu taman, kita harus tau bagaimana menyenangi anak," ujar Sunnaidi. 

Muhammad Nur Rizal dalam workshop menjelaskan transformasi dilakukan GSM melalui 3 tahapan, yakni perubahan mindset, dilanjutkan perubahan perilaku dalam memimpin dan mengajar di sekolah, sehingga jika konsisten dilakukan akan menjadi “habit” yang pada akhirnya menjadi “belief system” baru, yakni pendidikan yang menuntun kodrat manusia melalui penalaran dan kesadaran diri.

“GSM mendesain dalam workshop selama 3 hari kemudian dibangun komunitas bersama untuk saling belajar, bertukar praktik dan pengalaman untuk menguatkan keyakinan dan kebanggaan menjadi seorang guru penyimpang,” ujar Nur Rizal.

Guru penyimpang adalah guru yang perilaku mengajarnya menyimpang tetapi memberi dampak luar biasa bagi karakter dan hasil belajar siswa-siswanya.

Baca juga: Kesenjangan Pendidikan Kedokteran Indonesia, Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari?

Sinergitas akar rumput dan birokrasi

Dalam workshop pilot project, Penggagas Gerakan Sekolah Menyenangkan Muhammad Nur Rizal menyebut Komunitas SD Menyenangkan dan Dinas Pendidikan Papua di Supiori menjadi panutan praktik baik sinergi akar rumput dan birokrasi dalam transformasi pendidikan.

“Dari 11 kabupaten yang terlibat dalam pengembangan Komunitas SD Menyenangkan GSM, baru Dinas Pendidikan Papua yang secara serius berinisiatif melakukan perubahan dengan sungguh-sungguh," ungkap Muhammad Nur Rizal.

"Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari kepala sekolah dan gurunya serta adanya dukungan dari birokrasi,” tambahnya.

Menurut pengakuan Raffles Ngilemele, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Supiori, inisiatif ini diupayakan dari anggaran gotong royong dari bupati, dana BOS, bahkan dana kepala sekolah itu sendiri.

Raffles mengungkapkan pihaknya berkomitmen mengirimkan kepala sekolah dan guru tahap kedua dalam jumlah yang lebih banyak agar dapat belajar langsung dengan GSM.

“Selama ini, kami sering mengirimkan anggota DPRD ke luar negeri, kunjungan ke daerah lain, tetapi kita jarang memberikan apresiasi kepada guru yang sebenarnya bermanfaat langsung bagi pengembangan SDM. Kalau bisa mengirimkan DPRD, kenapa guru tidak bisa?" tutur Raffles.

Nur Rizal menekankan perspektif baru tentang pendidikan yang sebenarnya justru lebih mengedepankan kodrat manusia ini punya peluang lebih besar bagi sekolah-sekolah di Papua.

Hal ini disebabkan perilaku masyarakat Papua yang lebih banyak terhubung dengan alam sehingga sangat bersesuaian dengan paradigma baru yang digelorakan oleh GSM yaitu school as community.

"Sehingga, sekolah-sekolah di Papua memiliki kesempatan lebih mudah untuk membangun pembelajaran yang otentik dan nyata," tegas Nur Rizal.

Baca juga: Program Sekolah Penggerak, Harapan Transformasi Gaya Kepemimpinan Pendidikan: Tinjauan Hermeneutik Dilthey

Nur Rizal menyampaikan kunjungan Kepala Dinas, Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru dari Supiori Papua ini bisa menjadi contoh bagaimana menjadi birokrat penyimpang positif, yang mau memfasilitasi setiap gurunya untuk berkembang.

"Transformasi ini dapat menjadi triple helix di bidang pendidikan, yaitu upaya sinergi kerjasama antara aktor birokrat, sekolah, dengan masyarakat untuk memulai transformasi pendidikan. Keterlibatan birokrasinya dalam mendukung dan memberi ruang kepada guru-guru ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com