Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

9 Dimensi Learning Agility sebagai Refleksi dalam Pengembangan Diri

Kompas.com - 25/10/2021, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

“Learning without reflection is a waste. Reflection without learning is dangerous.” - Confucius

Terdapat sembilan dimensi dalam learning agility yang bertujuan untuk mengembangkan diri. Tinjau kembali apa yang telah terjadi melalui sembilan dimensi dengan berpikir reflektif, dan merenungkan hal-hal yang telah dilalui sebagai bahan pembelajaran diri.

Jennifer Porter (2017) menyatakan bahwa refleksi memberikan kesempatan bagi otak untuk berhenti sejenak, mempertimbangkan berbagai kemungkinan, memilah berbagai pengalaman, dan menciptakan sebuah makna.

Makna ini akan mengubah pola pikir dan menentukan segala tindakan di masa depan sehingga sifatnya penting bagi pertumbuhan dan pengembangan diri yang berkelanjutan.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang merefleksikan pekerjaannya setiap hari selama 15 menit, bekerja 23 persen lebih baik setelah 10 hari, dan peningkatan efikasi diri dibandingkan karyawan yang tidak merefleksikan pekerjaan (Giada Di Stefano dkk., 2016).

Dalam melakukan refleksi, tidak jarang timbul kesulitan-kesulitan seperti tidak mengerti atau menyukai prosesnya, atau bahkan memiliki bias terhadap tindakan tertentu.

Namun, dengan meluangkan waktu untuk melakukan refleksi dapat memotivasi, memberikan kepuasan atas pencapaian-pencapaian, dan meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

Lalu, bagaimana refleksi dapat dilakukan? Kamu dapat memulainya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

Baca juga: Harapan, Bukan Sekadar Angin Kosong dalam Mengembangkan Grit

  1. Manakah yang paling tinggi dan paling rendah dari sembilan dimensi yang ada?
  2. Apakah dimensi tersebut mewakili diri saya sepenuhnya atau hanya sebagian saja?
  3. Apakah dimensi tersebut sudah tampak dalam perilaku saya sehari-sehari?
  4. Jika saya dapat memiliki tiga dimensi untuk difokuskan (dari yang terendah atau tertinggi, atau kombinasi), apa sajakah itu?
  5. Bagaimana tiga dimensi ini kelak akan berkontribusi pada kesuksesan karier saya saat ini atau di masa depan?
  6. Apa yang akan terjadi kepada karier saya jika saya mengembangkan dimensi-dimensi tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan di atas bertujuan untuk memfokuskan dimensi mana yang dapat kamu jadikan pembelajaran sebagai hasil dari kelincahan belajar.

Dalam melakukan pembelajaran diri, diperlukan prinsip-prinsip untuk membangun perilaku baru. Dalam hal ini, ada dua prinsip yang akan dibahas.

Pertama adalah prinsip klasik 70:20:10. Setiap individu akan memperoleh 70 persen pengetahuan dari pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sehari-hari, 20 persen melalui interaksi dengan orang lain (misal: pelatihan sosial, mentoring, gabung dalam komunitas ahli, dan pemberian umpan balik), dan 10 persen melalui pendidikan formal dan non-formal (mis: pelatihan, lokakarya).

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri yang dapat dilakukan di bidang kelincahan belajar. Sebagai contoh, menjadi relawan di sebuah unit pekerjaan, melakukan tolok ukur inovasi dengan tempat lain, atau melakukan analisis kompetitor.

Cara-cara tersebut dilakukan karena lebih berpengaruh pada pengembangan diri dibandingkan mengikuti seminar atau membaca buku yang hanya berperan 10 persen.

Selanjutnya, di prinsip yang kedua adalah prinsip butterflies in my stomach, yang merupakan ungkapan ketika tubuh mengalami rasa cemas dan gugup. Prinsip ini mendorong untuk melakukan hal-hal di luar kebiasaan atau zona nyaman, dengan mempelajari sesuatu yang baru, relevan, dan menantang.

Jika kamu kesulitan dalam berbicara di depan banyak orang saat melakukan presentasi, kamu akan belajar untuk mengatasinya bukan dengan mengikuti lokakarya presentasi, melainkan dengan memaksa dirimu presentasi di depan banyak orang, seperti saat pertemuan departemen.

Dengan begitu, pengalaman yang dimiliki akan membentuk perilaku dan pengembangan diri yang lebih baik.

Proses pengembangan diri melalui dimensi-dimensi pada kelincahan belajar dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam diri. Dimulai dari dimensi mencari umpan balik, yang dikembangkan dengan mendorong diri mencari umpan balik secara aktif.

Umpan balik dapat membantu kelincahan belajar dengan merefleksi diri apakah ada ketidakpedulian (ignorance), arogansi (arrogance) , atau membela diri berlebihan (defensiveness).

Baca juga: Tips Mudah Mengembangkan Grit

Kedua, mencari informasi. Dimensi ini bukan hanya sekadar mencari sembarang informasi, melainkan informasi yang berkaitan dengan diri.

Melalui dimensi ini kamu akan belajar untuk memilah informasi guna melihat apa yang dibutuhkan diri agar secara berkala dapat memperbaiki diri. Ketiga, pengambilan risiko selama bekerja.

Dimensi ini diukur melalui seberapa sering kamu mengambil risiko yang belum pernah dilakukan sebelumnya seperti mengambil tugas atau peran baru.

Keempat, mengambil risiko antar pribadi. Dimensi ini menjelaskan seberapa sering kamu mengambil risiko dalam berhubungan dengan orang lain, seperti tidak takut untuk berbuat kesalahan, atau membahas sesuatu yang menantang.

Dimensi ini bertujuan untuk memahami diri lebih jauh dan menjadi kritis. Kelima yaitu kolaborasi, melalui dimensi ini kamu mencari perspektif yang berbeda dari orang-orang yang ditemui.

Dimensi ini melatih kamu dalam mendapatkan pandangan lebih luas karena melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berpikir bukan hanya keuntunganmu, tetapi juga keuntungan mereka yang terlibat (stakeholders).

Keenam, refleksi. Dimensi ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerjamu agar lebih efektif. Ketika menerima umpan balik dari atasan atau teman kerja, kamu harus mampu merefleksikan umpan balik tersebut untuk menindaklanjutinya dengan memperbaiki dirimu.

Ketujuh, melakukan eksperimen. Ada banyak hal yang menyebabkan diri sulit bereksperimen salah satunya adalah melihat terlalu banyak risiko. Kamu dapat mengatasinya dengan mengambil langkah kecil tetapi konsisten, dan berfokus terhadap keseluruhan proses bukan hanya pada hasil.

Kedelapan, fleksibilitas. Kamu harus terbuka terhadap ide-ide dan solusi-solusi baru. Dan dimensi yang terakhir adalah kecepatan. Dimensi ini memaksa diri untuk bekerja cepat.

Kamu dapat mengembangkannya dengan melakukan penugasan yang memiliki jangka waktu yang pendek dan memiliki kecepatan tinggi.

Setelah mengetahui semua dimensi-dimensi ini, fokuskan pada pengembangan mana yang ingin kamu lakukan dalam waktu yang singkat agar kamu dapat memfokuskan diri pada pengembangan yang dilakukan.

Berikut refleksi-refleksi yang dapat kamu jawab.

Baca juga: Grit, Rahasia Awal di Balik Kesuksesan Setiap Orang

Dari setiap dimensi, manakah yang sesuai dengan perilaku dan kebiasaan sehari?

Manakah dimensi yang dapat meningkatkan kekuatan dan memperbaiki area pengembangan diri?

  • Apa yang harus berhenti dilakukan untuk lebih efektif?
  • Apa yang harus mulai dilakukan untuk lebih efektif?
  • Apakah ada hal-hal yang menghalangi diri melakukan pengembangan diri? Bagaimana cara mengatasinya?
  • Bagaimana mengetahui bahwa dimensi-dimensi tersebut sudah berkembang? Apakah ada tolak ukur atas kesuksesannya?

Setelah mengetahui apa itu kelincahan belajar secara mendalam melalui artikel-artikel sebelumnya, apakah kamu sudah siap untuk mengaplikasikannya? Ingat, bahwa kita harus mempunyai pola pikir berkembang (growth mindset) dalam melihat kegagalan dan tantangan.

Pada akhirnya, kamu yang akan menentukan batasannya. Apakah kamu ingin melakukannya dan berkembang, atau tidak. Pilihannya ada pada kamu.

Growth Center dengan senang hati akan menemanimu dalam bertumbuh dan menentukan batasan dengan kursus Kepemimpinan yang Dinamis di Era Disrupsi yang bisa kamu akses eksklusif hanya di sini. Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com