KOMPAS.com - Salah satu pegawai KPI Pusat berinisial MS menjadi korban kekerasan seksual.
Korban mengaku alat kelaminnya dicoret spidol oleh rekan kerjanya dalam satu ruangan di tahun 2015.
Baca juga: Kasus KPI Pusat, Pakar Unair: Semua Bisa Jadi Korban Kekerasan Seksual
Atas kejadian itu, Pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Unair, Margaretha angkat suara.
Menurut dia, salah satu tempat kekerasan seksual yang sering terjadi justru berada dilingkungan kerja.
"Jadi ide bahwa tempat kerja itu tidak beresiko (kekerasan seksual) itu salah," kata dia melansir laman Unair, Jumat (10/9/2021).
Margaretha mengungkapkan, justru data yang ada menunjukkan kekerasan seksual yang sering terjadi dialami korban, terutama mayoritas korban perempuan.
"Misalkan buruh perempuan, justru mereka dilecehkan oleh supervisor-nya atau rekan kerja laki-lakinya atau rekan perempuannya ditempat kerja, lelaki juga demikian," tutur dia.
Artinya, tempat kerja (perusahaan, instansi, industri) harus sadar akan risiko pelecehan seksual di lingkungannya.
Oleh karena itu diperlukan sistem kebijakan, ketentuan, dan peraturan yang mencegah terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual di tempat kerja.
Baca juga: Merger Pelindo, Ekonom Unair: Jadi Efisien dan Monopoli Bisnis
"Untuk bilang tidak pernah terjadi kekerasan seksual di lingkungan saya, itu sangat naïf," ucap dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.