Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8.396 Siswa PAUD-SMA Jadi Yatim/Piatu karena Orangtua Kena Covid

Kompas.com - 05/09/2021, 13:12 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak nyawa. Kini, banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena meninggal terjangkit Covid.

Karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memberikan perhatian serta layanan pendidikan secara penuh kepada peserta didik atau anak dijenjang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar Menengah (PAUD Dikdasmen).

Tentu yang orangtua atau walinya meninggal dunia karena pandemi Covid-19 sebagai upaya pemenuhan hak anak untuk belajar sehingga tidak putus sekolah atau berhenti bersekolah.

Baca juga: Pasca Covid Muncul Fenomena Pikun dan Perilaku Aneh, Ini Penjelasan Dokter RSUI

Penurut pusat analisis data Kemenko PMK hingga 25 Agustus 2021, tercatat sudah sekitar 8.396 anak menjadi yatim/piatu akibat Covid-19.

Ribuan anak kehilangan orangtua akibat Covid

Sementara Kemensos melalui Dirjen Rehabsos sudah melakukan pendataan "by name by adress" anak-anak yatim akibat Covid-19. Saat ini sudah terdata sebanyak 8.274 anak atau siswa. Data tersebut masih berfluktuatif dan terus berkembang.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak Perempuan dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Femmy Eka Kartika Putri menjelaskan, saat ini pemerintah tengah menggodok data anak-anak yang jadi yatim piatu karena Covid-19.

Dijelaskan, Kementerian dan Lembaga terkait juga sudah menindaklanjuti masalah pendataan. Seperti misalnya Kementerian PPPA sudah berkoordinasi dengan Dinas PPPA di seluruh provinsi untuk melakukan pendataan anak-anak yatim.

Sementara Kemensos juga sudah meminta kepada pemerintah provinsi untuk mendata anak-anak yatim secara berjenjang, mulai dari tingkat bawah di kelurahan atau desa sampai kabupaten dan kota.

Baca juga: Sri Sultan: Angka Covid-19 Fluktuatif, Tatap Muka Mundur Terus

Untuk pendataan ini diperlukan sinergi dan koordinasi yang berkesinambungan antar Kementerian dan Lembaga. Hal itu menurutnya agar tidak ada data yang tumpang tindih.

Selain itu, diperlukan sinkronisasi dengan data Disdukcapil Kemendagri agar data-data anak juga berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) agar bisa mendapatkan perhatian khusus dan skema bantuan sosial pemerintah.

"Pada saat ini yang menjadi perhatian Presiden dan masyarakat umum adalah anak-anak yang orangtuanya meninggal karena Covid yang sangat membutuhkan bantuan dari negara dan pemerintah," ujarnya dikutip dari laman Ruang Guru PAUD Kemendikbud Ristek, Jumat (3/9/2021).

"Setelah terkumpul data-data dengan berbasis NIK, maka baru kita bisa memberikan intervensi bantuan-bantuan untuk anak-anak," katanya.

Harapannya, masing-masing Kementerian dan Lembaga terkait bisa mengintegrasikan data dan bisa segera selesai diselesaikan.

Hal itu agar intervensi kepada anak-anak bisa segera diberikan. Tidak hanya bantuan berupa logistik, tetapi yang diperlukan anak adalah perlindungan dan pemenuhan hak-haknya.

Terpisah, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga melakukan kunjungan di wilayah Cakung, Jakarta Timur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com