Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Siapkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, SMPN 3 Gamping Yogyakarta Vaksinasi 399 Siswa

Kompas.com - 02/09/2021, 09:51 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah mempersiapkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Salah satu persiapan yang dilakukan adalah melakukan vaksinasi kepada 399 siswa atau setara 70,99 persen dari total siswa.

Vaksinasi yang merupakan hasil kerja sama dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gamping 2 tersebut dilakukan pada Senin (26/7/2021) untuk dosis pertama dan Senin (23/8/2021) untuk dosis kedua.

Kepala SMPN 3 Gamping Ris Santosa mengatakan, dari total 562 siswa, terdapat 163 siswa yang belum divaksin karena alasan tertentu.

“(Alasan) pertama, saat ada program vaksin di sekolah, (siswa) baru saja isolasi mandiri (isoman) karena terpapar Covid-19 atau memilik komorbid. Kedua, tidak mendapat izin dari orangtua. Ketiga, masih belum cukup umur atau berusia kurang dari 12 tahun,” papar Ris Santosa kepada Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Sebagai informasi, vaksinasi pelajar merupakan salah satu syarat utama dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di DIY.

Baca juga: PTM Terbatas Beda dengan Sekolah Biasa, Ini Aturannya

Sebelumnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menegaskan, daerah dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1-3 boleh menggelar pembelajaran tatap muka (PTM).

Melansir Kompas.com, Rabu (25/8/2021), Nadiem mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas.

Lantaran DIY masih berstatus daerah dengan PPKM level 4, maka PTM terbatas belum dapat dilakukan.

Melansir Tribun Jogja, Sabtu (14/8/2021), Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY menyatakan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas di DIY belum akan digelar sebelum seluruh siswa mendapatkan vaksin Covid-19.

Sementara itu, hingga kini vaksinasi bagi pelajar di DIY masih terus digenjot oleh Pemprov DIY.

Dalam upaya mempersiapkan PTM terbatas, SMPN 3 Gamping pun telah memenuhi syarat wajib dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dengan memvaksin seluruh guru dan karyawan.

Baca juga: Jokowi: Ternyata Semuanya Ingin Pembelajaran Tatap Muka...

Vaksinasi dosis pertama bagi guru dan karyawan telah dilakukan pada Selasa (30/3/2021), kemudian dosis kedua pada Selasa (27/4/2021).

Kepala SMPN 3 Gamping memaparkan, ketika nantinya PTM terbatas diberlakukan, masing-masing siswa akan datang ke sekolah dua kali dalam seminggu.

Kelas VII dijadwalkan pada Senin dan Kamis, sedangkan kelas VIII dijadwalkan Selasa dan Jumat. Adapun kelas IX dijadwalkan Rabu dan Sabtu.

“Untuk pengaturan jam pelajaran, satu jam pelajaran adalah 30 menit. Dalam satu hari, maksimal enam jam pelajaran atau setara tiga jam reguler (yang akan dilaksanakan) mulai pukul 08.00-11.00 WIB,” jelas Ris Santosa.

Alat pengukur suhu badan milik SMP Negeri 3 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DOK. SMP Negeri 3 Gamping Yogyakarta Alat pengukur suhu badan milik SMP Negeri 3 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ia melanjutkan, kegiatan belajar selama PTM terbatas nanti akan dilakukan tanpa istirahat demi menghindari kerumunan.

“Siswa usia SMP adalah masa bermain, bersosialisasi. Gambaran kesulitan kami adalah menerapkan protokol kesehatan (prokes) jaga jarak dan menghindari kerumunan, terutama saat siswa berada di luar kelas,” ujar Kepala SMPN 3 Gamping.

Ia juga mengatakan telah menyiapkan pengaturan meja di setiap kelas, di mana satu meja yang biasanya diisi dua orang siswa, kini hanya diperuntukkan bagi satu siswa saja.

“(Penataan meja) ini sudah terkondisi jarak 1,5 meter dan jumlah siswa 16 per ruang,” kata Ris Santosa.

Baca juga: Status PPKM Jawa-Bali Turun Level 3, Ini Aturan Sekolah Tatap Muka Terbatas

Penerapan prokes ketat telah pula disiapkan dengan menyediakan tempat cuci tangan di masing-masing kelas dan di pintu masuk sekolah, termo gun, alat ukur suhu tempel, electric spryer, serta membagikan masker beserta face shield bagi setiap siswa.

“Seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IX tahun pelajaran 2020/2021 dibagikan dua masker dan satu face shield. Untuk tahun ajaran 2021/2022 ini, datang peserta didik baru kelas VII, belum dibagi (masker dan face shield),” katanya.

Pada kesempatan tersebut, ia pun berharap pandemi segera berakhir, sehingga pembelajaran dapat berjalan seperti biasanya.

Senada dengan Ris Santosa, seorang wali dari murid kelas IX SMPN 3 Gamping Anindya Yulia Laksita (15), Yuli Kuspurwantini berharap pembelajaran tatap muka segera diadakan.

“Jangan ditunda-tunda. (Kalau) terlalu lama online, saya pikir anaknya nggak tambah pintar. (Jadi, sekolah) harus kembali seperti dulu, tatap muka. (Karena) tatap muka ilmunya lebih banyak terserap daripada online,” kata Yuli saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/8/2021).

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Dimulai, Berikut 6 Tips Pemakaian Masker untuk Anak

Ia mengatakan, akan mengizinkan anaknya mengikuti PTM terbatas, asalkan diberlakukan dengan penerapan prokes yang ketat. Apalagi, saat ini rata-rata anak di SMPN 3 Gamping telah divaksin.

“Sepertinya tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan,” ujarnya.

Untuk diketahui, Kemendibud Ristek dalam Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi yang dirilis 1 Juni 2021 telah memberikan ketentuan pembelajaran tatap muka terbatas bagi warga sekolah.

Dalam pelaksanaan PTM terbatas, seluruh warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa, harus menaati prokes yang telah ditentukan.

Tantangan PJJ atau sekolah online

Seperti diketahui, hampir satu tahun setengah lamanya, satuan pendidikan di Indonesia melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sekolah online demi mencegah paparan Covid-19 di lingkungan sekolah.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin, salah satu wali murid SMPN 3 Gamping, Yuli Kuspurwantini menyampaikan, PJJ dari rumah memiliki banyak kendala.

Baca juga: Anak Bosan Sekolah Online, Ini 3 Solusinya Menurut Ahli

“Kadang godaan dari temannya, kadang WhatsApp (WA) sama temannya dan sebagainya, ada hal yang baru yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran. Itu, Mbak, yang saya sangat susah untuk mengendalikannya,” tutur Yuli.

Selain itu, kata dia, terkadang putrinya merasa kesulitan memahami materi dari setiap mata pelajaran (mapel) yang diajarkan selama sekolah online.

Hal itu terjadi karena ada tenaga pengajar yang tidak familiar dengan media pengajaran online, seperti menggunakan Google Meet atau Zoom Meeting. Alhasil, ada guru yang jarang menerangkan pelajaran secara online.

Putri Yuli Kuspurwantini, Anindya Yulia Laksita, melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah.DOK. Yuli Kuspurwantini Putri Yuli Kuspurwantini, Anindya Yulia Laksita, melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah.

“Jadi, kurang diterangkan, kurang bisa memahami kalau tidak dijelaskan sama Bapak-Ibu gurunya. Tapi ada sebagian (mapel) yang dia sudah paham, karena Bapak-Ibu guru rajin Google Meet, rajin Zoom, begitu,” jelasnya.

Ia mengaku pernah menyuruh putrinya meminta rekaman video pembelajaran dari para pengajar di sekolah untuk dikirimkan kepada siswa.

Menurut Yuli, hal tersebut dapat dilakukan jika pengajaran melalui video conference (vicon) tidak memungkinkan untuk dilakukan.

“Kalau mengirimkan video kan mesti bisa, di situ kan durasinya agak panjang, terus ada penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan materi. Tapi, anak saya bilang, wah, buk, kalau begitu nanti kasihan sama teman-teman yang nggak punya banyak kuota,” katanya.

Baca juga: Anak Harus Gembira, Kunci Sukses Sekolah Online di Masa Pandemi

Yuli mengatakan, meskipun sudah ada bantuan paket data internet dari pemerintah untuk belajar di rumah, tetapi masih kurang. Alhasil, siswa masih harus membeli paket data internet secara mandiri sebagai tambahan.

Ia mengaku, selama sekolah online, putrinya kerap merasa patah semangat karena kerap mengalami gangguan teknis.

Sebagai contoh, ketika putrinya sudah mengerjakan tugas dan mengirimkan kepada guru. Namun lantaran kendala teknis, guru belum menerima pekerjaannya.

Waaa nek ngenki pada wae karo sing do ra nggarap. Ha kene ki wis mempeng-mempeng e buk, kok tekan nggone kok dikira rung ngirim. (Wah, kalau begini, sama saja seperti yang belum mengerjakan. Aku sudah mengerjakan dengan serius, kok dikatakan belum kirim tugas)”, kata Yuli menirukan keluhan putrinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com