Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unair Ungkap 5 Cara Mencegah Gigi Berlubang Pada Anak

Kompas.com - 31/07/2021, 10:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah gigi berlubang pada anak, menduduki urutan pertama sebagai penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah.

Tentu masalah ini membuat aktivitas anak-anak seringkali terhambat karena rasa sakit yang ditimbulkan gigi. Karena itu, penting bagi orangtua untuk untuk peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut si kecil sejak dini.

Kesehatan gigi dan mulut yang terjaga dengan baik dapat menunjang aktivitas dan tumbuh kembang si kecil di kemudian hari.

Dosen kedokteran gigi anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG Unair) Tania Saskianti, mengatakan bahwa gigi berlubang atau karies merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dalam rongga mulut dan juga karena makanan manis atau asam.

Baca juga: Dokter Mata: 6 Tips Jaga Kesehatan Mata Anak Selama Belajar Daring

“Sebenarnya sejak bayi lahir itu sudah ada bakteri baik dan jahat dalam mulutnya. Namun kedua jenis bakteri ini harus seimbang agar kesehatan gigi dan mulut anak tetap terjaga,” ungkapnya dilansir dari laman Unair.

Sebagai Dokter Spesialis Gigi Anak Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), ia membeberkan tips bagi orangtua agar anak-anak terhindar dari masalah gigi berlubang. Berikut tipsnya:

1. Sikat gigi sehari dua kali

Menurut Tania yang paling penting adalah sikat gigi sehari dua kali pada waktu yang tepat yaitu sebelum tidur malam dan setelah sarapan pagi.

Menggosok gigi sebelum tidur sangat dianjurkan karena saat tidur selama delapan jam tidak terdapat air saliva (air ludah, Red) pada mulut si kecil. Sehingga jika bakteri tidak segera dihilangkan saat sebelum tidur, maka akan membuat rongga mulut menjadi asam dan menyebabkan gigi berlubang.

“Kalau misal ingin sikat gigi di tengah-tengah dua waktu tersebut pun diperbolehkan, yang penting dua waktu itu harus dilakukan,” ungkapnya yang telah mengabdi delapan tahun di RSUA itu.

Baca juga: Epidemiolog Unair: Tiga Cara Pasien Isoman Bisa Peroleh Obat

2. Pemilihan pasta gigi

Pemilihan pasta gigi bagi anak yang sudah bisa berkumur dianjurkan memakai pasta gigi yang mengandung fluoride. Sebab, kandungan fluoride dapat menguatkan gigi. Namun, Tania tidak menganjurkan terlalu banyak penggunaan pasta gigi agar kandungan fluoride tidak tertelan.

Besar penggunaan pasta gigi untuk anak 6 tahun sebesar biji kedelai dan untuk anak di atas 6 tahun sebesar biji jagung. Kemudian, untuk anak-anak yang belum bisa berkumur jangan diberikan pasta gigi yang mengandung fluoride.

“Fluoride yang masuk ke tubuh dalam jumlah banyak akan menjadi toksik. Cuma memang karena untuk pencegahan, kandungan fluoride pada pasta gigi anak itu sedikit, jadi tidak berbahaya jika sesekali tertelan,” bebernya.

3. Memperhatikan durasi menggosok gigi

Menurut Tania, cara menggosok gigi yang benar yaitu tiga putaran untuk satu regio. Jika terlalu cepat maka akan menjadi tidak bersih. Sebaliknya jika terlalu lama akan mengakibatkan abrasi dan melukai permukaan gigi,

“Kadang pada anak mungkin belum terlihat jika terjadi abrasi, namun kalau sudah dewasa biasanya mengeluh gigi linu padahal tidak ada lubang, itu disebabkan karena durasi sikat gigi yang lama,” ujarnya.

4. Menyikat lidah

Tania menyebutkan bahwa tidak hanya gigi yang disikat, namun lidah pun juga harus disikat. Karena permukaan lidah tidak halus, terdapat papilla atau serabut kecil di sepanjang permukaan lidah, sehingga jika tidak dibersihkan sisa makanan akan menumpuk dan menyebabkan tumbuhnya jamur, bau mulut, hingga infeksi.

“Pada anak-anak yang suka minum susu itu susunya masuk ke sela-sela papilla itu. Bila tidak dibersihkan akan membuat jamur datang,” tuturnya.

Baca juga: Pakar Unair Ingatkan Bahaya Bawang Putih Saat Obati Hidung Tersumbat

5. Ke dokter gigi 6 bulan sekali

Dalam enam bulan sekali dokter gigi bisa mendeteksi lubang gigi dan juga yang akan lubang, selain itu juga bisa mendeteksi adanya gusi merah, sariawan, serta indikasi gigi akan berdesakan. Melalui pemeriksaan rutin, sehingga bisa terdeteksi lebih dini jika terjadi gangguan maupun yang berisiko mengalami gangguan. Sehingga perawatan yang diberikan tidak terlalu rumit.

“Anak dianjurkan rutin kontrol enam bulan sekali. Berbeda dengan ibu hamil, sebaiknya perawatan gigi pada ibu hamil dilakukan saat sebelum masa kehamilan atau saat akan berencana untuk hamil. Karena jika kondisi gigi tidak sehat saat hamil, akan berpengaruh pada janin. Selain itu ada pengaruh hormon,” tandasnya.

Pada akhir, dokter sekaligus dosen asal Surabaya itu mengatakan bahwa sepatutnya orang tua memberi contoh pada anak cara merawat kesehatan gigi dan mulut. Sehingga hal itu menciptakan suasana positif bagi anak dan anak tidak merasa berat untuk melakukannya.

“Kalau orang tuanya sikat gigi maka anaknya juga akan terbiasa. Caranya yaitu dengan ajakan persuasif, jadi tidak perlu memaksa,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com