“Kulit pohon Tabebuya Pink sangat kaya akan senyawa anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, antibiotik, dan ternyata juga memiliki potensi antikanker untuk penyembuhan kanker rongga mulut,” ujar Della.
Tidak hanya itu, ekstrak kulit pohon Tabebuya Pink dengan formulasi sediaan nanoemulsi gel mampu meningkatkan kepatuhan pasien karena memiliki stabilitas yang lebih baik, tidak lengket, mudah dioleskan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai target yang tepat.
Baca juga: Bisa Lacak Pendaki Tersesat, Ini Jaket Pintar Buatan Mahasiswa ITS
“Maka dari itu, tim kami menggali potensi kulit pohon Tabebuya Pink dalam bentuk emulsi gel berukuran nano untuk alternatif pengobatan kanker rongga mulut,” jelas Della.
Riset dan inovasi mereka yang dimasukkan ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai Dikti ini, dibimbing dosen dari FKG yakni Feni Istikharoh
Dosen pembimbing Feni Istikharoh, menjelaskan bahwa Indonesia masuk salah satu negara yang memiliki kebiasaan merokok tertinggi di dunia, sehingga tidak heran jika terjadi peningkatan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut.
“Seperti yang kita ketahui bahwa tabebuya pink dikenal sebagai tanaman hias. Dengan adanya penelitian tabebuya pink sebagai obat kanker rongga mulut dari bahan alami, diharapkan dapat menurunkan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut di Indonesia,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.