Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Mahasiswa UB, Tabebuya Pink Obati Kanker Rongga Mulut

Kompas.com - 27/07/2021, 14:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018, kasus penderita kanker rongga mulut, bibir, dan tenggorokan mencapai 4,5 persen.

Kanker rongga mulut berada pada peringkat pertama dari enam keganasan yang paling sering terjadi di Asia.

Tingkat kelangsungan hidup untuk lima tahun pada penderita kanker rongga mulut sangat rendah yaitu hanya 50-60 persen.

Ciri-ciri kanker rongga mulut sendiri, dilansir dari kompas.com seperti Sariawan yang tidak sembuh-sembuh dalam beberapa minggu.

Baca juga: Permudah Dapatkan Donor Plasma Konvalesen, ITS Luncurkan PlasmaHub

Lalu ada benjolan di mulut yang tidak kunjung sembuh, dan tidak dapat dijelaskan di kelenjar getah bening di leher yang tidak kunjung sembuh.

Termasuk adanya rasa nyeri atau kesulitan menelan (disfagia), Perubahan suara atau masalah bicara,penurunan berat badan yang tidak disengaja.

Penderita bisa mengalami pendarahan atau mati rasa di mulut, lalu 1 atau lebih gigi yang lepas tanpa alasan yang jelas, atau soket (lubang) gigi yang tidak sembuh setelah gigi dicabut (pencabutan).

Ciri lainnya, adanya kesulitan menggerakkan rahang, bercak merah atau putih di selaput mulut, bercak merah atau bercak putih umum terjadi dan jarang merupakan tanda kanker.

Namun, saat mengalami masalah di atas, bisa saja belum masuk kategori kanker. Ada baiknya bagi siapa saja untuk menemui dokter jika mengalaminya.

Untuk pengobatan kanker rongga mulut selain menggunakan obat-obatan, juga bisa menggunakan bahan alami.

Salah satunya, seperti ekstrak kulit pohon Tabebuya Pink yang memiliki efek samping lebih kecil serta mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.

Baca juga: Cerita Siswi SMK Ranking Ke-33 di Kelas yang Lolos Masuk UI

Riset ini, dilakukan Lima mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) yang memanfaatkan kulit pohon Tabebuya Pink sebagai inovasi baru pengobatan kanker rongga mulut.

Mereka adalah Shania Helza Harjanto (FKG), Della Aulia Putri (FKG), Eunike Berliana Marhendra (FK), Ratna Ayu Dewanti (FTP), dan Siska Maulidina Cahyani (FKG).

Ide ini berawal ketika maraknya penanaman tanaman hias yang mirip dengan bunga sakura di Indonesia, terutama di Surabaya.

Mewakili tim, Della Aulia Putri menyampaikan, Sumber data literatur menunjukkan, kandungan kulit pohon Tabebuya Pink seperti naphtoquinone dan furanonaphtoquinone, mampu menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian sel kanker rongga mulut.

“Kulit pohon Tabebuya Pink sangat kaya akan senyawa anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, antibiotik, dan ternyata juga memiliki potensi antikanker untuk penyembuhan kanker rongga mulut,” ujar Della.

Tidak hanya itu, ekstrak kulit pohon Tabebuya Pink dengan formulasi sediaan nanoemulsi gel mampu meningkatkan kepatuhan pasien karena memiliki stabilitas yang lebih baik, tidak lengket, mudah dioleskan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai target yang tepat.

Baca juga: Bisa Lacak Pendaki Tersesat, Ini Jaket Pintar Buatan Mahasiswa ITS

“Maka dari itu, tim kami menggali potensi kulit pohon Tabebuya Pink dalam bentuk emulsi gel berukuran nano untuk alternatif pengobatan kanker rongga mulut,” jelas Della.

Riset dan inovasi mereka yang dimasukkan ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai Dikti ini, dibimbing dosen dari FKG yakni Feni Istikharoh

Dosen pembimbing Feni Istikharoh, menjelaskan bahwa Indonesia masuk salah satu negara yang memiliki kebiasaan merokok tertinggi di dunia, sehingga tidak heran jika terjadi peningkatan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut.

“Seperti yang kita ketahui bahwa tabebuya pink dikenal sebagai tanaman hias. Dengan adanya penelitian tabebuya pink sebagai obat kanker rongga mulut dari bahan alami, diharapkan dapat menurunkan insiden dan kematian akibat kasus kanker rongga mulut di Indonesia,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com