Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Franka Makarim: Orangtua Harus Tumbuhkan "Critical Thinking" pada Anak

Kompas.com - 27/06/2021, 15:27 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena adanya pandemi Covid-19, orangtua dituntut juga berperan sebagai guru.

Kondisi ini perlu dibarengi dengan perubahan pola pikir tentang pendidikan dan cara belajar. Baik cara belajar orangtua maupun cara belajar anak-anak. Orangtua harus bantu menumbuhkan pola pikir kritis pada anak.

Bunda PAUD Nasional, Franka Makarim menjelaskan, di antara para orangtua saat ini mungkin masih ada yang menerapkan cara-cara lama dalam mendidik anak.

Seperti menuntut anak-anak selalu setuju, dan menuruti semua kemauan orangtua.

"Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau mengutarakan pendapat dan gagasannya. Kita tidak lagi bisa menerapkan pola semacam itu," papar Franka Makarim dalam Webinar bertajuk 'Merdeka Belajar dalam Peta Jalan Pendidikan' seperti dikutip dari laman Ruang Guru PAUD Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Minggu (27/6/2021).

Baca juga: Mahasiswa UNY Terpilih Jadi Sosok Inspiratif Program Kampus Mengajar

Tumbuhkan pola pikir kritis pada anak

Penasihat DWP Kemendikbud Ristek ini mengajak para anggota Dharma Wanita turut berperan aktif dalam upaya pemerintah dan masyarakat memajukan pendidikan di Indonesia.

"Kita para Ibu harus menemukan dan menentukan peran untuk mendukung program-program Merdeka Belajar. Esensi dari Merdeka Belajar, yakni memberikan kesempatan dan ruang yang seluas-luasnya bagi anak-anak untuk berpikir, belajar, berkarya yang dapat kita wujudkan mulai dari pendidikan di rumah," ungkap Franka.

Franka berpesan bagi para orangtua, harus membantu menumbuhkan pola pikir kritis pada anak-anaknya. Memiliki pola pikir kritis atau critical thinking ini menjadi kebutuhan sangat utama dan tidak bisa dikesampingkan.

Baca juga: Unik, Mahasiswa Unair Bikin Produk Kecantikan Alami dari Kulit Jengkol

Budayakan komunikasi yang terbuka

Hal tersebut dapat dimulai dari rumah dengan membudayakan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.

"Terbuka berarti memberikan kesempatan anak untuk berbicara, menumbuhkan kemauannya, mendengarkan pendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka," imbuh Franka Makarim.

Franka mengajak anggota DWP mendukung upaya mencapai cita-cita dan tujuan Merdeka Belajar.

"Mari kita mulai dari menciptakan kemerdekaan di keluarga kita masing-masing," imbuh Franka.

Baca juga: Ini Manfaat Project Based Learning bagi Siswa Saat PTM Terbatas

Tingkatkan kualitas SDM melalui program Merdeka Belajar

Sementara itu, Ketua Umum DWP, Erni Tjahjo Kumolo mengatakan, kebijakan Merdeka Belajar telah memberikan kemerdekaan kepada setiap satuan pendidikan untuk berinovasi dengan menyesuaikan kondisi proses belajar mengajar yang sedang berjalan.

"Baik dari sisi budaya, kearifan lokal, sosio ekonomi dan infrastruktur," jelas istri Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo.

Baca juga: ITS Terima 3.061 Calon Maba Jalur SKMP, Ini 3 Jurusan Paling Diminati

Menurut Erni, kebijakan Merdeka Belajar wajib diketahui dan dipahami oleh seluruh masyarakat termasuk anggota Dharma Wanita Persatuan di seluruh Indonesia.

"Dengan berbagai rangkaian episode Merdeka Belajar, tentunya cita-cita dan harapan kebijakan Merdeka Belajar adalah mewujudkan tujuan nasional pendidikan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mewujudkan Indonesia maju," ungkap Erni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com