Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persiapan Sekolah Tatap Muka: Belajar dari Australia, Amerika Serikat dan Inggris

Kompas.com - 22/06/2021, 11:54 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Ana menceritakan di sekolah tempat anaknya belajar, pihak sekolah setiap bulan melakukan survei apakah peserta didiknya ingin masuk sekolah kembali atau memilih untuk online.

Setiap bulan juga para orang tua selalu ditanya oleh pihak sekolah seperti apa perkembangan kondisi anak.

“Di sini sekolah tatap muka itu harus full pakai masker. Anak saya ke sekolah naik bus, jadi mereka yang memilih sekolah tatap muka dilengkapi name tag yang isinya semacam daftar periksa. Misal, kondisi anak harus dicek apakah dia demam atau flu, atau ada keluhan lain. Sebelum anak sekolah kita harus cek dan orang tua harus memberikan tanda tangan di name tag tersebut dan anak pun boleh berangkat ke sekolah,” papar Ana.

Baca juga: Suka Duka Kuliah di Inggris, Tak Melulu Seindah Feeds Instagram

Begitu juga dengan sopir bus sekolahnya yang juga ikut mengecek name tag peserta didik apakah sudah diberikan tanda tangan atau belum oleh orang tuanya. Di dalam bus juga Ana anak-anak dicek kembali apakah suhu tubuhnya normal atau ada gejala demam.

“Kalau normal anak kita diperbolehkan naik bus, dan selama di sekolah wajib menggunakan masker, nggak boleh dilepas,” katanya.

Ana menambahkan, guru di sana memberikan pendampingan belajar via aplikasi agar orang tua dapat memantau setiap guru memberikan tugas seperti apa kepada peserta didik.

“Tapi yang paling menarik yang saya lihat mereka tidak memaksakan anaknya harus bisa setiap kali dikasih tugas. Selain itu anak-anak juga selalu dikasih pilihan, kamu bisa mengerjakan ini kalau misalnya mereka mau. Guru-guru juga memberikan rentang waktu yang cukup lama untuk murid-muridnya menyelesaikan tugas. Dan apabila ada kesulitan guru memberikan waktu khusus untuk diskusi,” ujar Ana.

Inggris

Sementara itu Yohan Rubiyantoro, orang tua sekaligus mahasiswa di Inggris menyampaikan bahwa pembelajaran tatap muka di Inggris ada beberapa hal yang sama dan ada beberapa hal yang berbeda dengan Australia dan Amerika.

Yohan menceritakan kondisi pembelajaran disesuaikan dengan situasi pandemi yang terjadi. Pada awal pandemi, Inggris melakukan lockdown pertama kali pada tanggal 23 Maret 2020. Seluruh aktivitas ekonomi dan sekolah mulai dari jenjang PAUD sampai perguruan tinggi ditutup.

Beberapa bulan kemudian seiring dengan kasus Covid-19 menurun, pada tanggal 1 Juni 2020 lockdown sudah dibuka dan sekolah juga dibuka.

“Pembukaan sekolah dilakukan secara bertahap, tidak semua jenjang dibuka PTM, hanya pendidikan usia dini dan siswa kelas 6 sekolah dasar yang dibuka. Sebagai orangtua saya waktu itu memilih untuk tetap remote class atau online bagi anak saya,” ujar Yohan.

Beberapa bulan kemudian setelah kasus Covid-19 terus menurun, pemerintah Inggris pun membuka sekolah tatap muka secara full, dan tidak ada lagi pilihan untuk orang tua. Jadi sifatnya sudah wajib semua harus masuk sekolah.

Akan tetapi pada bulan September 2020 tiba-tiba ada varian Covid-19 baru sehingga kasus pun melonjak tajam menyampai satu juta kasus. Pada akhir tahun 2020 lalu pemerintah Inggris menutup kembali sekolah.

Baca juga: Indofood Buka Lowongan Kerja 2021 untuk Lulusan SMA/SMK-S1

“Jadi bulan Januari 2021 Inggris lockdown lagi. Baru kemudian pada 8 Maret 2021 sekolah sudah dibuka sampai saat ini,” imbuhnya.

Terkait teknik pembelajaran tatap muka, Yohan menjelaskan sekolah-sekolah di Inggris memperbanyak porsi pembelajaran di luar ruangan seperti di lapangan sekolah maupun di taman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com