Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolaps Saat Olahraga, Pakar Unair: Lakukan Pertolongan Pertama Ini

Kompas.com - 18/06/2021, 19:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat seseorang aktif berolahraga, tidak jarang bisa mengalami kolaps atau tidak sadarkan diri yang tiba-tiba.

Peristiwa kolaps saat olahraga menjadi peristiwa krusial yang harus mendapat pertolongan dengan cepat dan tepat agar tidak terjadi kematian.

Pakar Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Andrianto memaparkan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada orang kolaps saat olahraga.

“Kejadian kolaps saat olahraga perlu diberikan pertolongan oleh orang yang berada dekat dengan korban,” terangnya.

Baca juga: Tips Sederhana agar Tak Mudah Lelah Saat Bersepeda dari Pakar Unpad

Pertama, hal yang harus dilakukan adalah cek kesadaran korban dengan cara melakukan rangsangan memanggil korban atau memberi rangsangan nyeri dilanjutkan dengan memeriksa nadi dan pernapasan.

“Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba nadi pada leher sekaligus melihat, mendengar, dan merasakan hembusan napas korban,” jelasnya.

Kedua, jika tidak ada respon dari korban, nadi korban tidak teraba serta tidak ada pernapasan maka segera panggil tim emergensi sambil memberikan bantuan hidup dasar kepada korban.

“Bantuan hidup dasar yang dapat diberikan oleh penolong berupa mempertahankan jalan napas agar tidak terjadi sumbatan seperti lidah yang sering jatuh. Caranya dengan menengadahkan kepala, mengangkat dagu, dan mendorong rahang,” jelasnya.

Setelah itu lakukan pijat jantung luar dan berikan bantuan pernapasan dari mulut ke mulut atau ke hidung.

Jika tersedia alat kejut listrik otomatis, dapat dilakukan tindakan kejut listrik untuk kasus henti jantung akibat gangguan irama pada jantung.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Bantuan hidup dasar dilakukan hingga tim emergensi datang dan hal ini harus diperhatikan betul. 

“Henti jantung dapat reversible apabila ditangani dalam hitungan menit namun apabila terlambat yaitu lebih dari 4 sampai 6 menit maka korban bisa meninggal,” tuturnya.

Upaya mencegah episode henti jantung berlanjut menjadi kematian disebut cardio-pulmonary rescucitation (CPR).

“Bantuan ini diberikan agar suplai oksigen melalui peredaran darah ke otak, jantung, dan organ penting lainnya dapat diperhatikan,” kata  Andrianto.

Andrianto mengimbau masyarakat untuk mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat.

Baca juga: Komik Olahraga Komedi Clean Freak! Aoyama Kun Dijamin Bikin Tertawa

“Pelatihan bantuan hidup dasar yang diselenggarakan organisasi profesi terkait sebaiknya diikuti masyarakat awam karena sangat bermanfaat untuk kegawatan yang memburuhkan pertolongan segera,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com