Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Anak-anak Dengar Lagu Dewasa? Berikut Penjelasan Psikolog UNS

Kompas.com - 20/04/2021, 11:37 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Ardhito Pramono, salah satu penyanyi muda berbakat Tanah Air, baru saja merilis singel terbaru berjudul "Something New".

Berbeda dari karya-karya sebelumnya, "Something New" merupakan lagu anak-anak yang menjadi pembuka album pendek bertajuk Semar & Pasukan Monyet.

Bukan tanpa alasan, pelantun "Fine Today" ini menggarap proyek itu lantaran resah dengan banyaknya anak yang menyanyikan lagu orang dewasa.

Baca juga: Gubernur BI hingga 4 Menteri Jokowi Jadi Anggota MWA UGM

Hal ini menurutnya tidak baik bagi psikis mereka, terutama yang masih berusia 1 hingga 6 tahun.

Keresahan itu tentu bukan bahasan baru. Lantas, bagaimana sebenarnya pemilihan lagu yang tepat bagi psikologis dan perkembangan anak?

Menurut Dosen Psikologi Perkembangan FK UNS Berliana Widi Scarvanovi, anak-anak di bawah usia remaja memang tidak disarankan untuk mendengar atau menyanyikan lagu dewasa.

Khususnya, kata dia, lagu bertema percintaan dalam konteks laki-laki dan perempuan.

Secara psikologis, ada tahapan perkembangan mulai dari bayi hingga dewasa tua.

Pada setiap masa perkembangan tersebut, ada target-target dan standar-standar yang harus dicapai.

Anak usia sekian seharusnya diberikan stimulus apa, dapat melakukan apa, optimalisasinya harus di ranah mana, dan sebagainya.

Di usia anak-anak, bilang Berliana, mereka memang lebih banyak ke arah eksplorasi, banyak ke arah belajar, ke arah tema-tema yang memang masih berkaitan dengan dirinya sendiri, dan bagaimana penguasaan terhadap lingkungan.

Baca juga: Saat Puasa Dehidrasi, Lakukan 5 Tips Ini dari Pakar IPB

Dia mencontohkan, lagu mengajarkan bangun pagi, membersihkan tempat tidur sendiri, lagu "kalau kau suka hati tepuk tangan" untuk pengenalan emosi sejak dini.

Sehingga kalau ada stimulasi dalam lagu, film, dan lainnya harus berkaitan dengan hal itu.

"Tidak boleh lagu-lagu yang belum sesuai dengan tantangan yang seharusnya dihadapi pada masa anak-anak," ucap dia melansir laman UNS, Senin (20/4/2021).

Perihal dampak, Berliana menyebutkan, pada awal masa kanak-kanak (usia balita sampai kelas 1 SD), mereka belum begitu mengerti apa yang didengarkan atau dinyanyikan. Mereka baru sampai pada tahap imitasi atau meniru.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com