Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ramadhan di Perancis, Wisnu Punya Trik Puasa Berdurasi Panjang

Kompas.com - 17/04/2021, 07:23 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bulan Ramadhan akan lebih membahagiakan jika bisa dijalankan bersama keluarga. Menyantap makanan sahur atau berbuka bersama-sama di rumah.

Namun bagi mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, saat ini harus menjalani Ramadhan jauh dari tanah air.

Mereka tentu harus menahan rindu sahur dan berbuka puasa bersama keluarga dan orang terkasih. Bahkan bisa menyantap makanan khas Indonesia itu saja sudah menjadi suatu keistimewaan bagi mereka yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di luar negeri.

Salah satu anggota PPI Dunia Wisnu Uriawan mengaku, Ramadhan 2021 ini merupakan tahun ketiganya ia menjalani puasa tidak di tanah air.

Baca juga: Pakar Undip: Penanganan Hipospadia di Indonesia Masih Miliki Kelemahan

Masalah durasi hingga cuaca jadi tantangan puasa

Pria yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas PPI Dunia ini mengatakan, tahun pertamanya menjalani puasa di negeri orang menjadi tantangan tersendiri.

"Waktu berpuasa yang lebih panjang kurang lebih 15 sampai 16 jam. Bahkan saat summer lebih panjang lagi," kata Wisnu saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/4/2021).

Menurut Wisnu, saat menjalani puasa pertama di Perancis, selain tantangan durasi puasa yang lebih lama daripada di Indonesia, ia harus menikmati sahur dan buka dengan menu sederhana.

"Di tahun pertama karena belum mengenal lingkungan jadi variasi menu yang lumayan kesulitan. Tapi secara prinsip beras, lauk pauk seperti tahu dan tempe ada di rumah. Sehingga untuk makanan, tidak terlalu khawatir," terang Wisnu.

Wisnu menjelaskan, suhu yang sedikit berbeda dengan tanah air juga cukup menjadi tantangan. Beruntung tahun ini, cuaca saat Ramadhan 2021 cukup mendukung dalam menjalankan ibadah puasa. "Tahun lalu cukup panas sehingga agak merepotkan. Tahun ini suhunya cukup adem sehingga diharapkan puasanya lancar. Tinggal menyiapkan mental saja," urai Wisnu.

Baca juga: Pantang Menyerah, 8 Peserta UTBK Difabel Ikuti Tes di UNY

Wisnu mengatakan, menjalankan puasa di tengah pandemi Covid-19 membuat aktivitas keagamaan jadi kurang greget. Apalagi saat ini Pemerintah Perancis juga tengah memberlakukan kebijakan lock down. Sehingga aktivitas umat Muslim di Perancis masih seperti biasanya.

"Karena baru lock down, aktivitas Muslim kurang begitu greget. Sehingga aktivitas masih biasa, sekolah juga baru libur jadi masing-masing di rumah saja," tutur Wisnu.

Namun demikian, di luar kegiatan perkuliahan, selama Ramadhan ini ada aktivitas seperti diskusi dan pengajian. Selain itu juga ada kajian tiap hari, untuk anak-anak, pengajian Iqro atau baca Alquran. Hingga kajian lainnya untuk seluruh warga Muslim Indonesia di Perancis.

"Kami juga ada Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Perancis. Ibu-ibu di wilayah masing-masing juga ada pengajian," tandas Wisnu yang saat ini tinggal di Kota Lion, Perancis ini.

Baca juga: Dosen UI: Proses Pembelajaran ABK Menurun karena Faktor Ini

Dapat takjil dari ibu-ibu WNI

Karena rasa persaudaraan yang begitu kental sebagai sesama orang Indonesia, ibu-ibu WNI di Perancis banyak yang berbaik hati menyediakan takjil bagi pelajar. Tentu ini membawa kebahagiaan bagi Wisnu dan pelajar lain bisa membalas kerinduan mereka tentang aneka takjil yang biasa mereka nikmati di tanah air.

"Ibu-ibu WNI dekat dengan pelajar, mereka menyediakan takjil untuk harian. Pelajar mendapatkan bantuan takjil. Di luar itu, anak-anak menyediakan sendiri. Saya dapat kolak, rasanya mirip yang ada di Indonesia. Ada bubur kacang juga ada," beber Wisnu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com