Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSA UGM: Epilepsi Tidak Menular, Bahkan Bisa Disembuhkan

Kompas.com - 07/04/2021, 17:24 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Epilepsi bagi sebagian kalangan masyarakat masih dianggap sebagai penyakit gangguan jiwa dan bisa menular.

Padahal, kenyataan sebenarnya justru sebaliknya, epilepsi adalah penyakit gangguan saraf otak dan tidak menular.

Baca juga: Pakar UGM: Vaksinasi Putus Penyebaran Covid-19 di Kalangan Komunitas

Hingga saat ini diperkirakan ada sekitar 50 juta orang penderita epilepsi di dunia, bahkan di Indonesia sendiri ada 1,5 juta sampai 2,4 juta orang pada 2013 lalu.

Meski begitu 20 persen kasus epilepsi tidak direspons dengan pengobatan.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Fajar Maskuri mengatakan, masih ada mitos di masyarakat yang beranggapan bahwa epilepsi bisa menular.

Alhasil, ketika menemukan penderita epilepsi yang tengah kejang tidak ditolong, karena khawatir tertular.

Sebenarnya epilepsi adalah gangguan saraf otak, sehingga harus dirawat oleh dokter saraf.

"Meski bersentuhan kulit atau terkena air liur si penderita saat kita menolong itu tidak akan tertular. Minimal mengamankan pasien terkena cedera saat kejang," kata dia melansir laman UGM, Rabu (7/4/2021).

Fajar mengatakan epilepsi bukan gangguan jiwa, meski ada gangguan kognitif dan kecerdasan di bawah rata-rata.

Baca juga: Pakar UGM Sebut Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Telah Defisit Air

Meski sulit diajak berkomunikasi dengan baik, bilang dia, akan tetapi penderita epilepsi sebenarnya bisa sembuh bila mendapat penanganan yang tepat.

Bisa rusak otak

Dia menekankan, justru jika tidak diobati maka akan terjadi kerusakan otak lebih berat.

"Semakin sering kejang maka sel-sel di otak akan banyak yang rusak sehingga perlu segera diobati ke dokter saraf," ucapnya.

Selain itu, masih ada beberapa anggapan di masyarakat yang menyebutkan bahwa penderita epilepsi tidak boleh menikah. Karena khawatir keturunannya akan mengalami penyakit serupa.

Pada kenyataannya, dia mengaku, penderita epilepsi tetap boleh menikah.

"Tidak ada larangan apalagi memiliki keturunan. Namun, bagi wanita jika hamil harus dikontrol dokter saraf dan dokter kandungan," tegas dia.

Senada dengan Fajar, Dokter Spesialis Saraf RS Sardjito Atitya Fitri Khairani memiliki pendapat yang sama.

Menurut dia, penting bagi penderita epilepsi untuk rutin minum obat dalam waktu lama, karena terjadi gangguan kelistrikan di otak.

Baca juga: Pakar UGM: Keberadaan Buzzer Tak Bisa Dihentikan

"Saat serangan epilepsi, ada kejadian muatan listrik berlebihan di otak. Meski penyakit ini tidak menular, namun membutuhkan pengobatan intensif dan waktu yang panjang," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com