Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membedah Perilaku Ekonomi oleh Pemenang Nobel di Buku Misbehaving

Kompas.com - 21/03/2021, 14:34 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

Penulis: Zia Anshor

KOMPAS.com - Apakah ilmu ekonomi rasional? Bisa dibilang begitu. Sebenarnya, Ilmu ekonomi yang mainstream isinya mengenai angka, logika, rasionalitas.

Misalnya, Kalau permintaan naik, harga naik. Kalau penawaran naik, harga turun. Atau contoh "rasional" nya lain dari seperti kalau suku bunga naik, orang menabung. Kalau suku bunga turun, orang mengambil kredit.

Jadi, ekonomi itu sebetulnya sangat presisi, logis, dan bisa diprediksi. Bisa juga lho meramal masa depan. Misalnya, kalau anda menabung 10 persen dari gaji Anda tiap bulan, maka ketika pensiun anda punya uang untuk biaya hidup.

Lalu, kenapa manusia tetap saja mengalami masalah ekonomi? Di situlah bedanya. Ilmu ekonomi mainstream itu rasional. Manusia-nya tidak.

Keresahan hubungan manusia dan ekonomi, sebetulnya menjadi perhatian salah satu ahli ekonomi peraih Hadiah Nobel, Richard Thaler. Sejak 1970-an, ia mempertanyakan apakah tepat menggunakan ilmu ekonomi yang logis–rasional untuk menjelaskan keadaan manusia.

Baca juga: Yuk Mengenal Leonardo da Vinci di Buku Why People? Leonardo da Vinci

Dari berbagai pengamatannya, Thaler lalu menuangkannya di dalam autobiografinya, Misbehaving: Terbentuknya Ekonomi Perilaku (GPU, 2020).

Dalam bukunya, Thaler menunjukkan banyak hal anomali mengenai ekonomi yang ia kumpulkan. Misalnya, fakta jika manusia seringkali tidak berperilaku rasional sesuai ilmu ekonomi. Akhirnya, prediksi ilmu ekonomi seperti di atas, seringkali tidak terjadi.

Contohnya, Seorang pembeli lebih memilih membeli sepeda motor dengan kredit berjangka panjang dibanding jangka pendek atau membeli tunai sekalian.

Padahal, pembeli jadi membayar lebih mahal kalau memilih kredit jangka panjang untuk barang yang nilainya turun seiring waktu.

Karena hal ini Thaler mengatakan, ilmu ekonomi mainstream didasari anggapan bahwa manusia adalah makhluk rasional, logis, jago menghitung, tak beremosi, berpandangan jauh. Menurut Thaler, gambaran inilah yang disebut “Ekon”.

Sosok ini memang banyak muncul di buku, teori, dan model ekonomi. Tapi tak ditemukan di dunia nyata. Manusia sungguhan tidak punya emosi, tidak selalu bisa menghitung, dipengaruhi berbagai naluri, dan lebih cenderung berpandangan jangka pendek lah yang ada di dunia nyata. Itu menurut Thaler.

Ia berpendapat, ilmu ekonomi mainstream mungkin tidak keliru, tapi mungkin berlakunya bukan untuk manusia.

Itulah sebabnya, manusia sering sekali sukar berperilaku rasional dalam membuat keputusan ekonomi. Misal, kita tahu menyisihkan 10 persen gaji untuk tabungan di masa depan bisa membuat kita lebih untung. Atau, menginvestasikan tabungan yang menguntungkan di masa depan.

Tapi, seberapa banyak manusia yang sanggup menabung dan menjalankan hal ini? Godaan belanja, gaya hidup, akhirnya mengorbankan rencana pada masa depan. Alhasil, gaji habis dan tidak tersisa untuk tabungan atau investasi. Rasional? Tidak. Kesenangan yang dekat dan terasa sesaat terasa lebih kuat daripada kesenangan masa depan yang lebih besar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com