Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Kuliah di Inggris, Tak Melulu Seindah "Feeds" Instagram

Kompas.com - 14/03/2021, 09:35 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

“Jadi bisa dibayangkan sendiri betapa relatifnya jawaban yang tepat itu seperti apa,” imbuh dia.

Kuliah di Inggris, lanjut dia, juga sedikit berbeda dengan kuliah di Indonesia. Beban kuliah diukur dengan sistem kredit dan unit sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama satuan kredit semester (SKS).

Para dosen Inggris juga jarang sekali mengecek absensi mahasiswa. Sebab, mahasiswa di sana dituntut untuk proaktif untuk mengikuti kelas.

Selain itu, tugas kuliah lebih banyak berbentuk esai dengan minimal 2.000 kata sampai dengan 6.000 kata. Menurut Andre, bentuk penugasan tersebut bisa menjadi tantangan sendiri bagi pelajar Indonesia dengan budaya membaca buku dan kemampuan pemahaman jurnal akademis yang terbatas.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 di Inggris, Potongan Uang Kuliah hingga Rp 192 juta

“Ujian di Indonesia pun juga kebanyakan pilihan ganda dan uraian singkat yang bisa dikerjakan dengan hanya beberapa paragraf. Jadi, untuk mengerti apa yang mau ditulis saat ujian di Inggris, kita harus banyak baca referensi, bisa berupa buku, artikel maupun jurnal untuk mendukung argumen kita dalam esai tersebut. Pernah saya nangis karena bingung mau nulis apa padahal deadline udah di depan mata. Untung teman-teman bantuin waktu itu,” terangnya.

Selain itu, sistem pengecekan Turnitin menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa pendatang apalagi bagi yang terbiasa “mencontek” karena sistem ini dapat melacak plagiarism dengan mudah. Sehingga, keterampilan untuk menulis ulang kalimat atau paraphrase dari berbagai sumber sangatlah penting dalam pembuatan esai.

“Dulu teman saya pernah ada yang tidak lulus satu mata kuliah hanya karena asal copy paste dari jurnal dan lupa mem-paraphrase satu paragraf dalam esainya. Batas bawah untuk lulus program S2 itu nilai minimal 40, dia dapat nilai 10 karena kesalahan itu. Jadi buat yang pada mau kuliah di luar negeri baik program sarjana atau master, boleh lah mulai sekarang dicicil belajar academic writing,” jelasnya.

Rindu “panas” dan kuliner Indonesia

Lokasi geografis Indonesia yang memang berada di garis khatulistiwa membuat penduduknya terbiasa dalam dua pilihan antara kehujanan atau kepanasan. Sungguh berbeda dengan benua Eropa yang memiliki empat musim.

Tusukan dinginnya angin dan salju, kata Andre, sering membuat para pelajar homesick alias kangen rumah di bulan pertama dan bulan kedua kedatangan di mana perkuliahan di Inggris yang kebanyakan dimulai di awal musim gugur.

“Apalagi ditambah pemanas kamar kosan sering mati karena berusaha mengirit biaya tagihan, sehingga tak jarang para mahasiswa harus menembus badai angin dan salju untuk “kemping” di perpustakaan kampus yang buka 24 jam demi sekedar menghangatkan tubuh dan bandwith internet,” ungkapnya.

“Buat orang yang suka pantai, berenang di pantai itu pasti asyik. Saya bela-belain sudah nyetir 4 jam di jalan buat ke Durdle Door, Dorset, salah satu pantai di ujung selatan Inggris. Sampai di sana, mau nyelupin kaki aja enggak bisa karena airnya dingin masih seperti air kulkas, padahal itu pas musim panas,” imbuh dia.

Baca juga: Beasiswa Kuliah S1 di Amerika Serikat, Senilai Rp 115 Juta Per Tahun

Selain cuaca, hal lain yang membuat banyak mahasiswa Indonesia kangen rumah ialah cita rasa makanan. Bisa dibilang, rasa masakan di Inggris tidak “semeriah” masakan Indonesia, baik dari segi ragam pilihan kuliner maupun rempah dalam racikan bumbu.

Singkatnya, pilihan kuliner di Inggris tak jauh dari olahan seafood seperti Fish and Chips dan olahan daging seperti Roast Beef, Steak and Kidney Pie dan Shepherd's Pie.

Meski begitu, pengaruh makanan Asia juga ikut memperkaya pilihan dine-in atau take away seperti Kebab Turki, Sushi dan Ramen Jepang, Nasi Lemak Malaysia, Pad Thai, Pho Vietnam, Kari India dan Chinese Foods. Namun, harganya memang sedikit lebih mahal ketimbang saat kuliner di negara aslinya atau jika dibandingkan membeli makanan yang sama di restoran Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com