Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Siswa Belum Divaksin, Siapkah Kita untuk Pembelajaran Tatap Muka?

Kompas.com - 02/03/2021, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Tika Andriya, Guru SMPN 6 Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

KOMPAS.com - Pemerintah memprioritaskan pemberian vaksin dalam lingkup pendidikan sasarannya adalah guru, dosen, dan tenaga kependidikan baik itu yang berstatus ASN (aparatur sipil negara) maupun honorer.

Mengingat antibodi terbentuk kurang lebih selama sebulan setelah pemberian vaksin, maka guru dan tenaga kependidikan yang menerima vaksin paling lambat pada bulan Juni 2021 bisa segera melaksanakan pembelajaran tatap muka pada Juli 2021.

Namun mengingat vaksinasi dilaksanakan secara bertahap, maka kemungkinan besar pada Juni atau Juli 2021 para siswa belum mendapatkan giliran vaksinasi.

Baca juga: Satu Tahun Pandemi, Membangun Harapan lewat Vaksin untuk Guru

Kenapa siswa belum divaksin?

Mengutip Kontan.id (14/2/2021), anak-anak tidak termasuk dalam sasaran vaksinasi Covid-19 karena pada saat target vaksinasi tersebut disusun, pengembang vaksin baru melakukan uji coba vaksin ke orang-orang dewasa, atau mereka yang sudah berumur di atas 18 tahun.

Ada alasan mengapa para pengembang vaksin Covid-19 memilih melakukan uji klinis terlebih dulu ke kelompok orang dewasa. Dalam kasus Covid-19, risiko mengalami gejala penyakit yang parah, hingga kematian semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Demikian pendapat Paul Offit, profesor di Universitas Pennsylvania, sekaligus anggota di panel penasihat vaksin lembaga pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat (FDA).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan kemungkinan uji coba vaksin corona untuk anak baru akan dilakukan pada kuartal kedua 2021.

Bila vaksin terbukti aman dan efektif, anak berumur 18 tahun ke bawah bisa menerima suntikan vaksin pada pertengahan hingga akhir 2021.

Jadi, secara garis besar ada sejumlah alasan mengapa vaksin Covid-19 belum dilakukan pada siswa:

  • Masih menunggu giliran vaksinasi
  • Vaksinasi belum bisa dilakukan untuk anak di bawah 18 tahun
  • Anak-anak dianggap memiliki kekebalan tubuh yang lebih tinggi dibanding orangtua sehingga dinilai lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.

Namun tidak menutup kemungkinan Covid-19 bisa menular dari satu siswa ke siswa lain, terutama bila ada OTG yang jelas berbahaya bagi keselamatan siswa itu sendiri.

Maka muncul banyak pertanyaan yang merespons hal tersebut. Apakah sekolah sudah siap belajar tatap muka dengan siswa yang belum divaksin? Apakah orangtua siswa setuju?

Bagaimana dengan guru atau tenaga kependidikan yang tidak mau divaksin? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Hormati keputusan orangtua

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi beberapa orang mungkin masih kurang maksimal jika dilihat dari susahnya kontrol siswa di rumah, komunikasi yang kurang antara guru dan siswa, hingga kurangnya penilaian atau pendidikan karakter siswa dari guru yang jauh lebih penting dibanding nilai akademis.

Baca juga: Belajar Tatap Muka Pascavaksin: Memastikan Guru Siap dan Vaksin untuk Siswa

Tapi jika memang di tahun ajaran baru nanti pembelajaran tatap muka dilaksanakan, sekolah harus sudah siap dengan menyediakan fasilitas belajar yang sesuai dengan protokol kesehatan seperti menyediakan fasilitas mencuci tangan sesuai standar, menyediakan thermogun, cairan antiseptik, masker, atau bahkan vitamin bagi siswanya.

Sistem pembelajaran untuk siswa pun perlu penyesuaian. Misalnya, memperpendek jam pelajaran, membuat prioritas materi yang harus dikuasai siswa, membuat jadwal shift belajar, atau kombinasi belajar daring dan luring.

Tidak lupa harus ada kesepakatan antara guru dan orangtua siswa tentang perizinan tatap muka.

Sebab, kita tetap harus menghormati kepentingan dan keputusan dari pihak siswa dan orangtua mengingat anak-anak mereka yang masih belum divaksin sehingga memang masih riskan dilaksanakan pembelajaran tatap muka ini.

Kita berharap program vaksinasi ini mampu menjadi awal optimisme masyarakat untuk bangkit kembali membangun kemajuan bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan yang menjadi dasar kekuatan generasi muda bangsa ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com