Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkuat Keunggulan Kompetitif, Puspresnas Jalin Sinergi Perguruan Tinggi

Kompas.com - 30/12/2020, 14:07 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Persoalan daya saing masih menjadi tantangan besar Indonesia dalam mencapai target Indonesia Emas 2045 di mana Indonesia diprediksi mampu menjadi negara peringkat ke-4 terbesar ekonomi dunia.

Terlebih, ekonomi digital mengalami pertumbuhan luar biasa yang perlu diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia yang mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi secara mumpuni dan mampu bersaing global.

"Kita jangan lupakan fakta bahwa Indonesia sedang bertumbuh dalam ekonomi digital. Pertanyaanya, siapa yang akan memanfaatkan ini? Jangan sampai kita hanya menjadi penonton saja," ujar Fajrin Rasyid (Direktur Digital Business) Telkom yang juga Co-founder Bukalapak.

Pesan ini disampaikan Fajrin dalam webinar bertajuk "Millenial Achievement" yang digelar Puspresnas pada 30 Desember sebagai bagian rangkaian kegiatan "Puncak Persembahan Prestasi Talenta Indonesia" yang juga berlangsung secara daring 28-30 September 2020.

Acara diikuti oleh lebih dari 860 siswa berprestasi dari 34 provinsi dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi, termasuk pendidikan vokasi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus dari beragam cabang kompetisi seperti sains, seni, olahraga hingga kewirausahaan.

Fajrin Rasyid yang juga co-founder Bukalapak, adalah juga alumni Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2003 dan sempat meraih penghargaan Honorable Mention di Asian Mathematic Olympiad tahun 2004.

Baca juga: Puspresnas Raih Rekor Muri Peserta Kompetisi Daring Terbanyak Masa Pandemi

Menyiapkan talenta unggul

Dalam penjelasannya Fajrin menyampaikan faktor SDM menjadi tantangan besar dalam menyiapkan ekonomi digital. Ia menyebut, berdasarkan data IMD World DIgital Competitiveness, daya saing digital Indonesia masih menempati posisi 56 dari 63 negara.

"Artinya, pertumbuhan dan kesempatan besar tadi tidak bisa kita capai secara optimal kalau kita tidak meningkatkan daya saing digital," tegas Fajrin.

Selain hard skill, ia berpesan agar para siswa juga mengembangkan soft skill meliputi kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan komunikasi data dan manajemen manusia. 

"Yang tidak kalah penting adalah pola pikir; mindset growth, collaboration, experiment dan embrance diversity. Penting bagi kita punya mindset untuk terus belajar. Adik-adik harus mengetahui passion dan porpose di mana," pesan Fajrin.

Di sisi lain, ia juga berpesan agar siswa yang tertarik untuk terjun ke ekonomi digital dan membangun startup agar memiliki semangat dan ketekunan,

"Jangan lupa untuk punya yang namanya GRIT. GRIT ini adalah perpaduan antara passion (semangat) dan perseverence (ketekunan).

"Kadag kita hanya melihat suksesnya (startup) saja. Itu betul. Tapi yang tidak dilihat sebagain orang, dari startup yang sukses ada banyak juga startup yang gagal," ungkapnya.

Karenanya Fajrin menyampaikan, selain ide yang bagus dan inovatif, kunci keberhasil membangun startup adalah eksekusi yang baik.

"Ide bagus, tapi tidak cukup. Yang penting adalah eksekusi. Keberhasilan startup itu rumusnya ide pangkat 10 eksekusi. Justru yang penting adakah eksekusinya," pungkas Fajrin membagikan pengalamannya.

Baca juga: Penutupan EMC 2020, Puspresnas Apresiasi Upaya Adaptasi Perkuat Prestasi Siswa

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com