Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Minta Perguruan Tinggi Bangun Jaringan dengan Pesantren

Kompas.com - 12/11/2020, 19:00 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Presiden, Ma'ruf Amin menyebutkan, negara-negara Islam terkadang dinilai sebagai negeri konflik dan kekerasan. Sekitar 41 persen warga AS menilai Islam mendorong munculnya terorisme dan kekerasan. Lalu, sebanyak 44 persen menganggap Islam tidak bisa beriringan dengan demokrasi.

Baca juga: Menag Dorong Pesantren Jadi Motor Pembangunan Indonesia

Kondisi di internal negara Islam, menurut Wapres juga perlu menjadi perhatian, seperti kondisi sosial ekonomi umat yang masih memprihatinkan. Sebanyak 350 juta orang di negara OKI berpenghasilan di bawah 1,25 dollar AS per hari. Tingkat pengangguran juga di atas rata-rata pengangguran dunia.

Terkait dengan hal itu, Wapres Ma'ruf meyakini pesantren sebagai pusat pendidikan keagamaan yang moderat bisa menangkal dan melindungi masyarakat dari radikalisme.

Untuk itu, dia meminta perguruan tinggi untuk bisa membangun jaringan dengan pesantren, khususnya dalam pendidikan sains dan teknologi.

"Jumlah pesantren di Indonesia sekitar 28 ribu dengan sekitar 18 juta santri," kata Ma'ruf melansir laman Universitas Brawijaya, Rabu (11/11/2020).

Sementara Rektor UB, Nuhfil Hanani mengatakan, santri di pesantren sendiri juga memiliki beberapa tantangan di era milenial dan disruptif digital.

Dalam menghadapi tantangan itu, maka para santri dibutuhkan meningkatkan kompetensi, seperti learning and innovation skill, literasi data, technology literacy, life and career skillinformation media, and technologi literacy.

Baca juga: Dies Natalis IPB ke-57, Wapres: Dorong Inovasi Pertanian dan Pangan

Nuhfil pun menyampaikan ide mengenai santri socialpreneur dengan menjadi businessman, disamping menjadi juru Dakwah dan mengembangan ekonomi di daerah sekitar pesantren, maka bermanfaat juga untuk meningkatkan lapangan kerja untuk masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com