Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kuliah Bidang STEM, Siapa Takut?

Kompas.com - 28/09/2020, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Belajar bidang STEM tidak sesulit yang dibayangkan, justru menyenangkan karena terstruktur, sistematis, mudah dicerna, dapat dibuat modeling, rumus-rumus yang dapat dibuat simpel sampai kompleks, menggunakan logika yang dapat dibuktikan dengan pemodelan, praktikum, simulasi, penggunaan software, animasi dan akhirnya dapat diwujudkan menjadi satu produk nyata yang bermanfaat bagi kehidupan.

Baca juga: Rektor Universitas Pertamina: Jumlah Lulusan STEM di Indonesia Masih Kalah Jauh dari China dan India

Kuliah bidang STEM tidak banyak menghafal, tetapi banyak memahami konsep, hukum-hukum dasar dan lanjutan, dikombinasikan dengan praktik laboratorium dan kerja lapangan, sehingga membentuk konstruksi keilmuan dan kompetensi tinggi untuk dapat diimplementasikan dalam produk nyata yang bermanfaat bagi kehidupan.

Pemahaman akan suatu permasalahan menjadi lebih mudah jika dikombinasikan dengan praktik kerja dan membawa teori dasar keilmuan ke dalam kondisi nyata di Industri.

Praktikum, kerja lapangan dan mengamati fenomena produk riil di lapangan terasa sangat mengasikan dan menimbulkan gairah dan semangat untuk terus mempelajari STEM dan menghasilkan temuan-temuan baru.

STEM untuk inovasi dan kesejahteraan

Tentu saja untuk mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dimengerti, dosen sebagai fasilitator pembelajaran harus mampu mengajarkan bidang STEM ini dengan menarik, simpel, diberikan contoh-contoh aktual dan mendorong terciptanya suasana akademik yang kondusif untuk memunculkan inovasi dan kreativitas mahasiswa bidang STEM.

Keterlibatan mahasiswa sejak awal perkuliahan dengan berbagai proyek nyata bidang STEM akan meningkatkan semangat mahasiswa untuk belajar, tidak hanya secara teoretik belaka tetapi juga fenomena yang terjadi secara riil dan juga aktivitas untuk mencoba produk hasil STEM.

Tentu ditambahkan juga motivasi bahwa dengan belajar bidang STEM ini, kita berkontribusi secara nyata untuk menghasilkan berbagai inovasi bagi kehidupan yang makin baik dan sejahtera.

Memberikan peneguhan bahwa pengetahuan STEM harus digunakan untuk menghasilkan kebaikan dan kesejahteraan manusia, dan tidak digunakan untuk melakukan kejahatan.

Belajar STEM secara spiritual juga dapat dikatakan ikut serta berkontribusi secara nyata dalam meneruskan karya penciptaan Tuhan karena melalui STEM kita dapat menghasilkan berbagai produk yang diperlukan untuk keberlanjutan hidup manusia seperti makanan, obat-obatan, energi, konstruksi, transportasi, dan berbagai produk lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Baca juga: Mendesak, Pembaruan Alogaritma STEM untuk Mitigasi Bencana

Penguatan pendidikan karakter sangat diperlukan bersamaan dalam pembelajaran tentang STEM, sehingga dapat fokus pada hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Masih ragu untuk belajar bidang STEM? Semoga memberi inspirasi dan motivasi. Mari belajar STEM untuk kehidupan yang makin baik.

Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan
Profesor bidang teknik mesin, Rektor Universitas Tarumanagara

Gregorius Dimas Baskara
Mahasiswa STEI ITB

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com