Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2020, 21:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh: Candra Gautama | Kepustakaan Populer Gramedia

KOMPAS.com - Seks memang urusan yang manusiawi. Namun bila sudah menyangkut keluarga istana, urusan privat itu bisa berubah jadi berita panas.

Siapa tak penasaran mengikuti drama perkawinan Pangeran Charles dan Putri Diana, Princess of Wales?

Perkawinan mereka berantakan karena hati Charles ternyata jatuh beneran pada Camilla Parker Bowles, kekasih lamanya. Apalagi ketika Diana mengungkapkan urusan ranjang mereka.

Setelah menikah, kata Diana, Charles hanya mau melakukan hubungan seks setiap tiga minggu.

Cabut dari istana, nasib Diana berakhir tragis. Mobil Mercedes hitam yang dia tumpangi bersama kekasih barunya, Dodi Al Fayed, menabrak dinding terowongan Pont de l'Alma, Paris, Prancis, pada 31 Agustus 1997. Dunia pun terhenyak.

Baca juga: Gara-gara Buku: Kirim Cerita Bisa Donasi ke Taman Baca

Rumor tak sedap

Di keraton Jawa tempo dulu, juga sering muncul rumor tak sedap menyangkut perilaku seksual anggota istana.

Sampai-sampai, kata Peter Carey dalam bukunya "Perempuan-perempuan Perkasa", ada ungkapan di kalangan keluarga Indo-Belanda di kota kerajaan pada 1930-an, bahwa pangeran di Surakarta senang “anggur dan perempuan”, tetapi di Yogya lebih suka “candu dan laki-laki”. Wahhh....

Masih dari buku yang sama, dikisahkan bahwa pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono V (1820-1823) terjadi suatu skandal di Keputren.

Ceritanya, salah seorang selir Sunan kelima dengan kelentit luar biasa menonjol mengambil peran laki-laki dalam serangkaian hubungan intim dengan istri muda Sunan yang merasa belum terpuaskan oleh sang suami raja Solo itu.

Kisah itu bisa kita dengar sampai sekarang berkat seorang lelaki yang suka berceritera jorok.

Dialah Johannes Wilhelmus Winter, seorang Indo-Belanda, penerjemah resmi Pemerintah Kolonial Belanda untuk Bahasa Jawa (Gezworen Translateur in de Javaanse Taal).

Winter awalnya bekerja di Yogya 1799-1806, lantas di Surakarta 1806–1820. Lelaki kelahiran Semarang 1777/8 ini akhirnya dipecat karena korupsi. Dia meraup banyak uang dengan menjanjikan sejumlah orang Jawa untuk menduduki jabatan tinggi di Keraton Surakarta.

Setelah diasingkan ke Surabaya, Winter diperbolehkan tinggal di Semarang bersama keluarga, dan meninggal di kota itu tahun 1839.

Gila harta

Ini cerita lain lagi. Orang Inggris punya ungkapan, “Behind a great man stands a great woman.” Namun dalam sejarah dunia, sering kita mendengar hal sebaliknya, “Behind a great man stands a greedy woman.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com