Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2020, 21:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Ingat Imelda Marcos? Ya, istri diktator Ferdinand Marcos ini terkenal suka hidup mewah—koleksi sepatunya 1.000 pasang—dan punya pengaruh politik di istana sehingga dijuluki “Kupu-kupu Baja”.

Marcos akhirnya digulingkan tahun 1986 lewat people power, setelah berkuasa 21 tahun sejak 1965.

Baca juga: Hari Buku: Menolak Tamat Ketika Roda Penerbitan Terhalang Covid-19

 

Pada 12 Februari 2014, pemerintah Filipina mengumumkan telah merampas harta Marcos senilai 29 juta dollar AS. Uang tersebut adalah bagian dari lebih dari 712 juta dollar AS yang ada di rekening rahasia Marcos di bank Swiss.

Di Amerika Serikat, Marry Todd Lincoln, istri Presiden ke-16 AS, Abraham Lincoln, dilaporkan pernah menggunakan anggaran negara untuk membiayai kebiasaannya belanja busana mahal. Sampai-sampai dia terkena skandal penyalahgunaan uang milik Angkatan Darat.

Sikap gila harta itu juga menjangkiti first lady di Indonesia. Kata Peter Carey, sejarawan ahli Diponegoro kelahiran Irlandia itu, jauh sebelum Indonesia merdeka, di abad ke-18, permaisuri ketiga Sultan kedua Yogya, Ratu Kencono Wulan, sudah melakukannya.

Masih mengutip "Perempuan-perempuan Perkasa", Peter bilang, sang permaisuri, yang kata Daendels “seorang wanita luar biasa cantik dan cerdas”, adalah permaisuri favorit sang Sultan.

Dia berasal dari keluarga lapis bawah—diduga anak pemilik kios di Pasar Beringharjo—menjelma menjadi seorang First Lady yang luar biasa rakus dengan memanfaatkan posisinya, meminta bagian dari keuntungan setiap proyek.

Menurut Babad Penaklukkan Yogyakarta, permaisuri itu terkenal suka mengambil untung gila-gilaan dari para pemohon yang ingin naik pangkat menjadi pejabat keraton, demang, dan bekel (pemungut pajak) desa, atau memperoleh tanah jabatan (lungguh).

Siapapun yang ingin jabatan atau tanah lungguh, asal punya duit, hanya perlu meminta pertolongan sang permaisuri agar permohonannya dikabulkan.

Celakanya, Sultan kedua, yang tergila-gila pada permaisurinya itu, mengikuti segala kemauannya.

Itulah sebabnya, menurut babad, “gedung simpanan barang-barang berharga dan tempat harta karun di keraton melimpah dengan emas, perak, dan berlian”.

Nahas bagi sang permaisuri. Ketika pasukan Inggris-Sepoy menjarah keraton Yogya pada 20 Juni 1812, kekayaan membuat dia menjadi sasaran serdadu Benggali yang buas itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com